• Home
  • Profil
    • Sambutan
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Mars
    • Struktur & Manajemen
    • Staff Pengajar
    • Laboratorium
    • Akreditasi
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Buku Panduan Akademik
    • Jadwal Kuliah
    • Jadwal Ujian
    • Semester Pendek
    • TA / PKL
    • Wisuda AKINDO
  • Program Studi
    • Public Relations
    • Advertising
    • Broadcasting R-TV dan Film
    • S1 ILMU KOMUNIKASI
  • Kemahasiswaan
    • PKKMB MABA
    • Himpunan Mahasiswa Jurusan
    • Unit Kegiatan Mahasiswa
    • Beasiswa
  • PMB
    • PMB Info
    • Pendaftaran Online
  • PUBLIKASI
    • Publikasi Ilmiah
    • Gagasan/Opini
    • Makalah Seminar
  • Kontak

Lebaran. Laburan, Leburan, Luberan, dan Liburan

Akindo
05 Jul 2016

Ramadan berakhir, Idul Fitri atau Lebaran tiba. Dua momentum yang sangat diagungkan dalam ajaran agama Islam. Namun dampak ekonomi dan sosial dari dua helatan akbar tersebut juga sangat dirasakan tidak saja oleh umat Muslim. Umat non Muslim juga merasakannya. Hampir setiap orang merasa sangat berbahagia manakala menjumpai Hari Lebaran.

Lihatlah sekeliling kita saat ini sekarang. Berbagai mall, toko swalayan, pasar, dan pusat perbelanjaan dijubeli para calon pembeli yang memborong beraneka ragam kebutuhan Lebaran. Jalan-jalan raya juga dipenuhi dengan lalu lalang kendaraan bermotor berpelat luar kota. Mereka adalah pemudik-pemudik yang ingin merayakan Lebaran di kampung kelahiran. Stasiun, terminal, bandara, pelabuhan juga penuh sesak. Lalu lintas komunikasi melalui e-mail, telpon, SMS, dan pos juga mengalami lonjakan luar biasa.

Lebaran di negeri ini memang terbilang sangat unik (khas), berbeda dengan tradisi Lebaran di luar negeri. Khususnya di kawasan pedesaan dan pegunungan, Lebaran menjadi hari paling menggembirakan bagi mereka sebab mereka bisa bersilaturahmi dengan segenap anggota keluarga. Anggota keluarga yang merantau, pada saat Lebaran mengkhususkan diri untuk pulang ke kampung halaman (mudik). Mereka ingin bersua dan bermaaf-maafan dengan segenap anggota keluarga, rekan, teman sepermainan dulu, maupun tetangga. Lebaran ini pada akhirnya melahirkan tradisi sungkeman. Sungkeman adalah prosesi permintaan maaf dari anak-anak kepada orang tua mereka, atau bisa juga anak muda kepada orang yang lebih tua atau dituakan.

Kata Lebaran sendiri berasal dari kata lebar (dalam bahasa Jawa). Pengucapan huruf "e" pada kata “lebar” sebagaimana ucapan "e" pada kata "jelas". Lebar artinya selesai atau usai. Lebaran maksudnya berakhir atau selesainya ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Masa peralihan dari bulan Ramadan menuju Syawal ini ditandai dengan gema takbir yang berkumandang seantero jagat raya. Namun Lebaran juga bisa diturunkan dari bahasa Indonesia yaitu lebar. Artinya luas atau dalam bahasa Jawa jembar. Lebaran maksudnya perluasan jiwa lapang dada dari cengkeraman hawa nafsu menuju semangat ketauhidan.

Secara filosofis dan prinsipiil, dalam Lebaran mengandung tiga pesan kemanusiaan sekaligus. Yaitu laburan, leburan, dan liburan. Pertama, Lebaran mengandung makna laburan. Dalam konteks Lebaran (Jawa) muncul pula filosofi "laburan". Laburan berasal dari kata labur (Jawa) yang artinya putih, atau pemutihan. Lebaran adalah momentum laburan untuk saling maaf memaafkan di antara sesama umat manusia. Relasi antar manusia yang paling sederhana adalah hubungan antara anak dan orang tua; atau antara suami dan istri, atau antara adik dan kakak dan sebagainya.

Intensitas persinggungan (komunikasi) dalam satu keluarga berpotensi besar menimbulkan konflik. Konflik inilah yang kerap memicu lahirnya perbuatan kesalahpahaman, kekeliruan, dan kesalahan yang bisa dilakukan tanpa sadar. Dalam konteks Lebaran, mengapa dalam tradisi Jawa, saat Lebaran kita yang saat ini berposisi sebagai anak (jika masih memiliki orang tua) harus terlebih dahulu meminta maaf (sungkem) kepada anggota keluarga terutama kepada ibu dan ayah kita. Sebab secara badan wadak, dari merekalah kita bisa terlahir di muka bumi ini. Sangat pantaslah segala pengorbanan dan keprihatinan hidup dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka mendapatkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tinggi dari setiap orang.

Anak yang berbakti kepada orang tua mereka adalah kewajiban moral sekaligus kewajiban hakiki yang harus dilaksanakan oleh setiap anak. Ajaran agama Islam mengharuskan kepada setiap anak untuk berbakti kepada orang tua mereka sampai meskipun dua orang tua mereka sudah meninggal dunia. Anak yang berbakti kepada dua orang tua selalu mendoakan bagi kebaikan kehidupan dua orang tua di akhirat kelak. Anak yang berbakti kepada dua orang tua juga selalu merawat dan memperhatikan mereka manakala mereka jatuh sakit, menjadi manusia lanjut usia (manula), dan segala kondisi yang ada. Laburan dalam Lebaran ini memutihkan segala kesalahan dan kekeliruan secara fisik, psikologis, maupun rohaniah. Laburan yang sukses akan menjadikan setiap manusia putih bersih kembali sebagaimana kondisi bayi yang baru lahir. Tradisi Jawa sudah menyediakan wahana bernama sungkeman di atas. Walaupun sejatinya, sungkeman sebaiknya tidak hanya dilakukan setahun sekali ketika Lebaran tiba; melainkan ketika merasa memiliki kesalahan kepada pihak lain.

Kedua, Lebaran juga mengandung pesan makna leburan. Leburan berasal dari kata lebur, artinya leleh atau meleleh. Leburan artinya pelelehan. Apa yang dilelehkan? Yaitu segala kesalahan fisik (perbuatan) maupun masih dalam tataran pikiran (niat maupun keyakinan). Kesalahan yang pernah diperbuat kepada sesama manusia hanya bisa dihapus dengan pemberian maaf dari orang yang pernah dirugikan atau disalahi. Allah tidak akan pernah mengampuni kesalahan yang pernah diperbuat hamba-Nya manakala mereka belum meminta maaf kepada pihak-pihak yang pernah dirugikan tersebut. Adapun bagi orang yang dimintai maaf secara ikhlas oleh siapapun dan memberikan maaf kepadanya adalah semulia-mulianya akhlak seseorang.

Memang cukup berat memberikan permaafan kepada orang-orang yang pernah menyakiti baik fisik maupun hati seseorang. Betapa berat hati seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan, kemudian "terpaksa" harus memberikan maaf kepada pemerkosanya manakala yang bersangkutan meminta maaf. Sama beratnya kita memberikan maaf kepada para koruptor yang pernah mengambil kas negara. Sesungguhnya Lebaran menjadi momentum tepat bagi pertaubatan nasional bagi mereka yang benar-benar melakukan perbuatan keji yang merugikan publik.

Ketiga, Lebaran mengandung makna liburan. Libur panjang sebelum dan sesudah Lebaran yang panjangnya selama kurang lebih 9-15 hari menjadi momen menggembirakan bagi para pelajar, mahasiswa, maupun kalangan pekerja. Mereka bisa memuaskan liburan Lebaran tahun ini dengan mengunjungi berbagai kota di Indonesia sambil berkunjung ke rumah famili. Liburan panjang kali ini juga menjadi sarana bersantai bagi para ibu rumah tangga yang selama ini berkutat mengurusi kehidupan rumah tangga. Dengan menikmati masa liburan panjang pada Lebaran kali ini, diharapkan semangat kerja dan semangat perjuangan hidup selepas Lebaran bisa tumbuh bergelora tinggi.

Idul Fitri atau Lebaran yang menyimpan sejuta hikmah (laburan, leburan, liburan), hendaklah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam menggerakkan energi positif dalam diri setiap manusia menjadi manusia pilihan, manusia bertakwa, dan manusia cerdas. Di samping Lebaran mengandung tiga pesan penting berupa laburan, leburan, dan liburan; juga menyimpan pesan moral berupa "luberan". Luberan berasal dari kata "luber" artinya meluap. Luberan artinya luapan rizki yang mengalir dari setiap Muslim yang pada saat Lebaran membuka pintu selebar-lebarnya (open house) kepada setiap tamu yang akan berkunjung ke rumah tersebut. Si puan/tuan rumah menyajikan beraneka ragam panganan, masakan, dan minuman untuk memuliakan para tamu yang berkunjung. Betapa murah hatinya setiap orang pada masa Lebaran tersebut.

Mereka tidak hanya melimpahkan rizki berupa makanan, tetapi juga meluapkan doa dan harapan kepada siapapun dengan berbagai kebajikan. Semoga Lebaran kita tahun ini menjadi Lebaran yang sangat berkesan di hati. Lebaran menjadi laburan, leburan, luberan, dan liburan kita bersama.

 *) Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom., Dosen Tetap Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) Yogyakarta dan Komisioner KPID DIY Periode 2014-2017, email: padiyanto@yahoo.com

Sumber: dikutip dari Harian BERNAS edisi 4 Juli 2016 atau bisa diklik: http://www.wayang.co.id/index.php/preview/id/63411

Side Menu

  • Info
  • Prestasi
  • AKINDO Career Center
  • Karya Mahasiswa
  • P3M AKINDO
  • Kerjasama
  • Perpustakaan AKINDO
  • IAA (Ikatan Alumni AKINDO)
  • Polling
  • Buku Tamu
  • Download
  • YMOnline

Gallery

AKINDO TV RAKA FM - Listen Live BUKU TAMU
© 2014 AKINDO. All Rights Reserved

Support Online Kampus AKINDO


| Humas Akindo