• Home
  • Profil
    • Sambutan
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Mars
    • Struktur & Manajemen
    • Staff Pengajar
    • Laboratorium
    • Akreditasi
  • Akademik
    • Kalender Akademik
    • Buku Panduan Akademik
    • Jadwal Kuliah
    • Jadwal Ujian
    • Semester Pendek
    • TA / PKL
    • Wisuda AKINDO
  • Program Studi
    • Public Relations
    • Advertising
    • Broadcasting R-TV dan Film
    • S1 ILMU KOMUNIKASI
  • Kemahasiswaan
    • PKKMB MABA
    • Himpunan Mahasiswa Jurusan
    • Unit Kegiatan Mahasiswa
    • Beasiswa
  • PMB
    • PMB Info
    • Pendaftaran Online
  • PUBLIKASI
    • Publikasi Ilmiah
    • Gagasan/Opini
    • Makalah Seminar
  • Kontak

Banyak Guru Mandul Bikin Karya Tulis, Dosen AKINDO Beri Solusi Jitu

Akindo
09 Jun 2015
Uncategorized

Diklat Karya Tulis Ilmiah/Populer 2015 se-Pasuruan:

Banyak Guru Mandul Bikin Karya Tulis,

Dosen AKINDO Beri Solusi Jitu

JAWA TIMUR - Banyak guru di berbagai daerah di Indonesia yang karirnya mengalami stagnasi. Persoalannya sederhana saja. Karena mereka tidak mampu memiliki karya tulis terpublikasikan di media massa. Untuk mengatasi masalah tersebut, Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Pasuruan menggelar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Karya Tulis Ilmiah/Populer untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dengan topik: “Revolusi Kultural: Revitalisasi Tradisi Menulis Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru”.

Acara ini menghadirkan dua narasumber utama: Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom. (Kolumnis, Dosen Akademi Komunikasi Indonesia/AKINDO Yogyakarta dan Komisioner KPID DIY) dan Dr. Hambali (Dosen Universitas Negeri Malang) yang diikuti sekitar 1.200 guru SD-SMA/K se-Kota Pasuruan. Acara ini berlangsung pada Rabu, 27 Mei 2015 di dua lokasi yaitu Gedung Pertemuan Bhayangkara Jalan Gadjah Mada Pasuruan dan Aula Zon Zipur Nomor 10 Jalan Balaikota Pasuruan pukul 08.00-14.00 WIB. Hadir juga dalam kesempatan tersebut Walikota Pasuruan H. Hasani dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan Drs. Suhariyanto.

Menurut Supadiyanto, mandulnya para guru tidak tidak bisa menulis karya tulis di media cetak (khususnya surat kabar) sampai sekarang karena banyak faktor. Salah satu alasan yang paling utama yaitu karena mereka tidak memiliki ide atau bahan untuk ditulis.

"Mereka juga tidak bisa menerjemahkan ide menjadi tulisan yang panjang, tidak tahu bagaimana teknis membuat artikel, tidak punya nyali mengirimkan ke redaksi media massa," kata penulis buku: “Berburu Honor Dengan Artikel” yang pernah diterbitkan oleh Kelompok Kompas Gramedia.

Di samping itu, faktor lainnya yang menghalangi para guru berkarya adalah adanya perasaan takut jika karyanya ditolak redaksi media cetak, takut dengan atasan atau pihak lain kalau karyanya dimuat akan banyak dikritik, bahkan karena tidak tahu bagaimana cara mengirimkan ke redaksi media cetak; dan media cetak mana yang tepat untuk mereka kirimi karya. Namun sangat fatal jika para guru tersebut tidak biasa atau tidak suka membaca media.

"Karya tulis memiliki fungsi penting dalam mengangkat karir para guru. Dengan dimuatkan karya tulis milik guru; tentu saja ada banyak keuntungan yang bisa didapat. Selain mendapatkan honor tinggi dari redaksi, mereka juga mendapatkan poin penting untuk mendukung program sertifikasi guru. Popularitas nama sang penulis tentu juga terdongkrak; nama institusi juga teriklankan secara gratis," tegas Supadiyanto yang juga menjadi dosen luar biasa sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini.

Untuk membuat para guru di Indonesia produktif dalam menghasilkan karya tulis baik ilmiah populer maupun dalam bentuk penelitian; maka sesungguhnya hanya bisa dilakukan dengan cara memaksa mereka untuk produktif menulis. Menulis adalah aktivitas intelektual; di mana harus dipraktikkan. Menulis adalah latihan secara terus-menerus (kontinyu). Di dalamnya memang harus ada unsur pemaksaan diri, kalau perlu pemaksaan kolektif-institusional; untuk menumbuhkan kesadaran diri-kolektif.

Di akhir pemaparan, Supadiyanto, yang pernah dinobatkan menjadi peneliti terbaik dalam Indonesia Media Research Awards and Summit (IMRAS) 2014 oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) ini memberikan pesan kepada seluruh guru di Pasuruan agar melakukan Tri Dharma Sekolah yaitu mengajar (mendidik peserta didik di kelas), meneliti, menulis, serta mempublikasikannya di media, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, kewajiban guru tidak sekadar hanya mengajar di kelas saja; tetapi perlu ditambahkan dengan dua pekerjaan lagi (sebagaimana tugas dosen di lingkungan perguruan tinggi).

"Bagaimana mungkin para pelajar diminta untuk produktif berkarya di media massa, sementara gurunya saja belum bisa melakukannya," sindir Supadiyanto.

Pembicara lain, Hambali menambahkan bahwa menulis karya ilmiah untuk keperluan di muat di jurnal ilmiah membutuhkan kedisiplinan akademik yang tinggi. "Masih lemahnya para guru dalam meneliti di lingkungan sekolah; menimbulkan masih cukup sedikit guru yang bisa mempublikasikan di jurnal ilmiah," kata pengelola salah satu jurnal di lingkungan Universitas Negeri Malang ini. (*)

Keterangan foto: Supadiyanto (Dosen tetap AKINDO Yogyakarta) tengah menjadi pembicara di hadapan para guru SD-SMA/K se-Pasuruan Jatim. Pada kesempatan tersebut Supadiyanto memberikan dua buah buku berjudul: “Berburu Honor Dengan Artikel: Tip dan Strategi Menangguk Rupiah dari Surat Kabar” kepada dua guru yang mampu membuat judul artikel terbaik.  

Pasuruan, 27 Mei 2015

Side Menu

  • Info
  • Prestasi
  • AKINDO Career Center
  • Karya Mahasiswa
  • P3M AKINDO
  • Kerjasama
  • Perpustakaan AKINDO
  • IAA (Ikatan Alumni AKINDO)
  • Polling
  • Buku Tamu
  • Download
  • YMOnline

Gallery

AKINDO TV RAKA FM - Listen Live BUKU TAMU
© 2014 AKINDO. All Rights Reserved

Support Online Kampus AKINDO


| Humas Akindo