Yogyakarta - Dunia benar-benar mengakui prestasi yang diraih oleh lulusan Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO). Tiara Kristiningtyas, salah satu wisudawati AKINDO Periode XX (2016) melalui karya berjudul: "05.55" berhasil menjadi peraih Best Cinematografy dalam Festival Film International Global Short Film di New York Amerika Serikat (GSF Award 2016). Film pendek yang terinspirasi dari gempa besar yang pernah menimpa DIY dan Jateng pada 27 Mei 2006 silam, mampu mengalahkan karya milik para finalis lain yang berasal dari 56 negara lain.
Hal tersebut membuktikan bahwa kualitas lulusan AKINDO benar-benar mampu mewarnai dinamika pergerakan industri perfilman maupun dunia komunikasi secara umum. Dalam Sidang Senat Terbuka dan Wisuda Diploma III Periode XX AKINDO pada Sabtu, 22 Oktober 2016 di The Grand Ballroom Eastparc Hotel Yogyakarta. Total ada 101 wisudawan yang diwisuda menjadi Ahlimadya. Mereka terdiri atas 17 wisudawan dari Prodi D3 Hubungan Masyarakat (Public Relations), 16 wisudawan dari Prodi D3 Periklanan (Advertising), dan 68 wisudawan dari Prodi D3 Penyiaran (Broadcasting). Dengan demikian, AKINDO kini telah memiliki 2.206 lulusan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Direktur AKINDO Drs Ahmad Muntaha, M.Si. berpesan kepada seluruh wisudawan/wati agar menyiapkan empat langkah untuk menghadapi masa depan. "Pertama, jadilah pekerja profesional dengan selalu meningkatkan kompetensi dan keterampilan. Kedua dengan merintis menjadi wirausahawan sendiri. Ketiga, selalu meningkatkan jenjang pendidikan dengan menempuh kuliah ke jenjang lebih tinggi, dan menjalin silaturahmi dengan kampus maupun sesama alumni AKINDO," kata Ahmad Muntaha yang kini tengah merampungkan Program Doktoral di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adalah kabar membanggakan, bahwa alumni AKINDO sejak dahulu sampai sekarang selalu dicari oleh perusahaan media penyiaran.
Sementara Ketua Yayasan Pendidikan Komunikasi AKINDO Mayjend (Purn.) Djoko Subroto, S.I.P. berpesan kepada para wisudawan untuk terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi bidang kompetensi. Melalui Kol. (Purn.) Ganiman, S.E., Djoko Subroto berharap agar para alumni selalu menjaga nama baik almamater dengan mempersembanhkan karya kreatif dan monumental terbaik. Wisudawan terbaik diraih oleh Nia Pebrianty (Program Studi D3 Penyiaran) meraih IPK: 3,92. Sedangkan lulusan terbaik Program Studi D3 Periklanan diraih Oka Yunior Syam IPK: 3,88; dan lulusan terbaik Program Studi D3 Hubungan Masyarakat diraih Yansatria Pamungkas dengan IPK:3,86.
Adapun pada kesempatan tersebut juga disampaikan penghargaan AKINDO AWARD yang diberikan kepada 6 wisudawan melalui karya terbaiknya. Mereka adalah Aristo Sagita Priambodo (Kategori Video Profil: Desa Wisata Kembang Arum), Indra Purwandika (Kategori Fotografi: Beri Warna Hidupnya, Lihat, Rasakan, Lakukan); Roesmana Yudha Saputra (Kategori Desain Digital: Dark Ages); Gustiyan Saputra (Kategori Video Klip: Matamu); Puthut Taufik Pamungkas (Kategori Film Pendek: Pra Akasara); Muhammad Rizky Bijaksana (Kategori Film Pendek: Mungkin, Menurut Lo).
Sementara itu Dosen D3 Penyiaran AKINDO Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom. dalam kesempatan tersebut membeberkan orasi ilmiah berjudul: Konvergensi Multimedia Massa, Digitalisasi, Peluang dan Tantangan Perguruan Tinggi Berbasis Komunikasi di Indonesia. Komisioner KPID DIY tersebut menekankan bahwa para lulusan AKINDO dan seluruh sivitas akademika AKINDO Yogyakarta—memiliki tantangan berat untuk memberikan kontribusi riil dalam upaya mengatasi masalah kritis nasional. Isu-isu startegis dalam bidang komunikasi dan penyiaran harus diketahui oleh para akademisi AKINDO Yogyakarta. AKINDO sebagai salah satu PT berbasis komunikasi memiliki tanggung jawab berat dalam memajukan dunia komunikasi dan teknologi informatika di masa kini dan mendatang.
Isu konglomerasi (aglomerasi) media yang mengarah pada terjadinya oligopoli media, tripologi media, duopoli media, serta monopoli media; jangan dibiarkan berkepanjangan sebab bisa mengancam masa depan demokrasi di Indonesia. Di era konvergensi multimedia massa, ada lima peluang dan tantangan yang dimiliki oleh PT Berbasis Komunikasi. "Pertama, PT berbasis komunikasi harus mampu menyediakan SDM yang memiliki kompetensi terkonvergensi dalam berbagai bidang media. Yaitu keterampilan teknis dan penunjang, pengetahuan dan regulasi, serta kesadaran ," papar kolumnis berbagai surat kabar.
Kedua, lanjutnya, PT berbasis komunikasi harus mampu menyinergikan berbagai keilmuan komunikasi dengan disiplin ilmu lainnya, sehingga mampu memberikan berbagai solusi tepat untuk menghadapi persoalan-persoalan baru di era konvergensi dan digitalisasi. di masa mendatang akan lahir era baru yang dikendalikan sepenuhnya oleh teknologi telekomunikasi, media, informatika, grafika, dan transportasi (Telematikagratrans). "Ketiga, PT berbasis komunikasi harus bisa berkontribusi dalam melahirkan berbagai regulasi baru, agar regulasi tersebut menjamin adanya perlindungan publik, pencerahan publik, mencegah monopoli media maupun praktik-praktik lain yang mengarah ke sana, serta memberikan keadilan sosial bagi masyarakat," tegasnya.
Keempat dan kelima, PT berbasis komunikasi di samping menjadi "laboratorium dan pabrik" pencetak SDM andal di bidang komunikasi, juga harus memiliki sendiri "perusahaan sendiri di bidang komunikasi". Serta harus menjadi motor penggerak dalam melakukan berbagai gerakan perubahan sosial termasuk dalam mengamankan estafet kepemimpinan nasional maupun lokal. (Espede)