Yogyakarta - Industri pers dan penyiaran di era konvergensi media tetap prospektif. Kendati sejumlah perusahaan media cetak kolaps akibat keok bersaing dengan perusahaan media lain; industri media secara umum tetap masih memiliki prospek cerah. Berbagai perusahaan media harus menjalankan strategi kreatif yakni melakukan inovasi, meningkatkan kualitas SDM, adopsi dan adaptasi terhadap teknologi, memperluas jaringan, dan mengokohkan kapital. Demikian kesimpulan yang bisa ditarik dari Seminar Publik bertajuk: Masa Depan Pers dan Penyiaran di Era Konvergensi Media dalam Perspektif Ilmu Komunikasi Ultramodern pada Sabtu, 9 Juni 2018 di Kampus STIKOM Yogyakarta.
Narasumber utama Sujarwanto Rahmat Arifin, M.M. (Wakil Ketua KPI Pusat) mengkritisi mengenai benturan regulasi yang melibatkan antara KPI, Dewan Pers, dan Lembaga Sensor Film. "Sejumlah regulasi dalam dunia penyiaran, pers, maupun perfilman perlu dilakukan perbaikan karena ada sejumlah regulasi yang saling bertabrakan," tegasnya. Masalah perevisian Undang-Undang Penyiaran yang ditargetkan akan rampung pada akhir tahun ini, tampaknya juga semakin jauh dari harapan.
Asmono Wikan, S.Sos. (Direktur Eksekutif SPS Pusat) sebagai narasumber dua menegaskan bahwa bisnis media cetak tetap akan bertahan sepanjang para pengelola media kreatif dalam menerapkan berbagai inovasi yang mampu meningkatkan performa perusahaan tersebut. "Memang benar oplah berbagai perusahaan media cetak dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Namun dengan melakukan berbagai inovasi, media cetak tetap akan eksis," tegas Asmono Wikan.
Asmono Wikan mencontohkan, Tempo dan Guardian yang melakukan crowd funding merupakan langkah untuk memperkuat produk jurnalisme dan monetisasi.
Sementara itu, Ketua PWI Yogyakarta Drs Sihono HT., M.Si. menekankan pentingnya sikap profesional dari para wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. "Profesionalitas menjadi modal dasar bagi para wartawan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan sangat mahal harganya, dan jangan sekali-kali menggadaikan kepercayaan tersebut," tutur Sihono di hadapan para hadirin.
Ranggabumi Nuswantoro, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UAJY menegaskan tantangan dunia kerja khususnya dalam bidang industri media sangat kompetitif. Untuk itu, mereka menawarkan model pendidikan tinggi yang melibatkan empat elemen yaitu: pemerintah, industri, perguruan tinggi, dan masyarakat (quintuple helix).
Acara seminar publik tersebut dikemas berbeda pada umumnya, karena dihadirkan juga dua penanggap yakni DR (Cand.) Ahmad Muntaha, M.Si. dan Dra. Sudaru Murti, M.Si, serta dimoderati oleh Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom. Acara yang disiarkan langsung oleh AKINDO TV tersebut berlangsung meriah. Dalam kesempatan tersebut, ada tiga penanya yang melontarkan pertanyaan: yakni Edi Prasetyo N. (pelajar SMA N 1 Minggir) yang mempertanyakan bagaimana peran KPI dalam melindungi hak anak-anak untuk mendapatkan terpaan siaran televisi yang sehat, Hajar Pamundi (Wakil Ketua KPID DIY) yang menyoal masalah budaya nyinyir dan peran PTN/S dalam melahirkan lembaga riset yang mampu menandingi Nielsen Media Research, serta Abdul Rozak (Ketua Program Studi KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga) yang mempermasalahkan masa depan media cetak tak perlu dirisaukan serta bagaimana memberdayakan potensi perguruan tinggi dalam menghadapi kompetisi bisnis media.
Acara didukung oleh SPS Pusat, KPI Pusat, PWI Yogyakarta, UAJY, Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja, Merapi, Yayasan Pendidikan Komunikasi AKINDO Yogyakarta, STIKOM Yogyakartam AKINDO TV, dan sebagainya.
Acara dihadiri peserta dari berbagai institusi antara lain: KPID DIY, Komisi Informasi DIY, Balai Monitoring DIY, Program Pascasarjana UGM, Program Pascasarjana UAJY, UIN Sunan Kalijaga, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Janabadra, Universitas Sarjana Tamansiswa Yogyakarta, Universitas Tidar Magelang, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, SMK Negeri 1 Jetis, SMA Negeri 1 Minggir, SMK Negeri 2 Yogyakarta, Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB), Harian Jogja, Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja, Koran Merapi, Indosiar, SCTV, sivitas akademika STIKOM Yogyakarta, dan lain sebagainya (Espede). (*)