PENGUMUMAN
PEMBAYARAN SPP
SEMESTER GANJIL TA. 2018/2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM)
YOGYAKARTA
Silahkan download disini
Read more...
PENGUMUMAN
PEMBAYARAN SPP
SEMESTER GANJIL TA. 2018/2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM)
YOGYAKARTA
Silahkan download disini
Read more...
Hari keempat PKKMB AKINDO 2017 menjadi hari terakhir sesi pengenalan. Sesi pengenalan hari ini diisi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) antara lain UKM AKINDO TV, Radio Kampus AKINDO (RAKA FM), dan Teater AK51.
Selesai pengenalan, mahasiswa baru kemudian dibagi menjadi tiga sesuai program studinya dan ditempatkan di tiga kelas untuk mendapat pengarahan mengenai program studi. Di kelas program studi Broadcasting mendapat pengarahan dari Hanif Zuhana Rahmawati, M. Sn selaku Kepala Program Studi Broadcasting bersama dosen Broadcasting lainnya, di kelas program studi Advertising mendapat pengarahan dari Rieke Tyas Permanisari, M.A selaku Kepala Program Studi Advertising bersama dosen Advertising lainnya, dan di kelas program studi Public Relations mendapat pengarahan dari Hening Budi Prabawati, M.Si selaku Kepala Program Studi Public Relations bersama dosen Public Relations lainnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan key in Kartu Rencana Studi (KRS) secara bergantian tiap program studi. Acara di hari keempat ini ditutup dengan sosialisasi kegiatan untuk hari Jumat. (Humas)
Read more...PEKAN SENI MAHASISWA TINGKAT DAERAH
(PEKSIMIDA) 25-26 AGUSTUS 2018
UNTUK SELEKSI DAERAH MENUJU PEKSIMINAS XIV 2018
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 15-21 OKTOBER 2018
TANGKAI LOMBA KOMIKSTRIP
ANTAR MAHASISWA SE-DIY
Ketentuan Umum Peserta:
1. Putra/putri mahasiswa PTN dan PTS yang masih terdaftar aktif dengan Kartu Tanda Mahasiswa yang masih berlaku
2. Maks. Usia 25 Tahun per 31 Oktober 2018
3 Direkomendasikan oleh Pimpinan PT Bidang Kemahasiswaan dan biaya ditanggung pihak PT
4. Pengumpulan karya Komikstrip (dua dimensional) mulai tanggal 1-24 Agustus 2018
5. Penyerahan karya maksimal 2 karya untuk satu peserta dengan ukuran 40X60 dalam figura dan siap dipamerkan, sertakan Judul Karya dan Nama peserta, mengisi formulir dan menyerahkan fotokopi Kartu Mahasiswa.
Ketentuan Khusus Komikstrip:
1. Bebas Aktual
2. Terdiri dari rangkaian gambar yang mengandung cerita
3. Gambar lebih dominan dibanding teks
4. Bersifat komikal atau karikatural (humoris)
Material:
1. Kertas putih ukuran 40X60 CM
2. Teknik dan alat bebas
3. Komposisi vertikal atau horizontal
4. Hitam Putih atau Berwarna
Kriteria Penilaian:
1. Karya yang masuk harus siap dipamerkan
2. Dipilih 5 karya terbaik, Yaitu: Juara I, II, III dan Juara Harapan I, II
3. Juara I, Senimannya akan dipersiapkan oleh BPSMI-DIY untuk lomba secara langsung ke PEKSIMINAS XIV
4. Jika Juara I, berhalangan hadir akan digantikan oleh Juara II.
5. Penjurian karya 29 Agustus 2018.
6. Keputusan Juri tidak dapat diganggu gugat.
Juara dan Hadiah:
Para Juara I,II,III Harapan I dan Harapan II akan diberikan hadiah berupa uang pembinaan, trophy dan sertifikat.
*) Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan pada sekretariat.
Read more...Jadwal Ujian Tengah Semester Genap
Tahun Akademik 2018/2019
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta
Jadwal Ujian Tengah Semester Genap 2018/2019 silahkan klik disini
Read more...
S E L E K S I
CALON PEGAWAI PT JASA RAHARJA (PERSERO)
OKTOBER TAHUN 2017
KESEMPATAN BERKARIR
PT. JASA RAHARJA membuka kesempatan bagi putra putri Indonesia untuk menjadi Pegawai PT. Jasa Raharja, bagi yang memenuhi persyaratan harap melakukan pendaftaran, dengan ketentuan sebagai berikut :
Pelamar yang telah mengirim berkas lamaran di PT. Jasa Raharja dan namanya tercantum di Daftar ini ( klik disini) , harap melakukan daftar ulang (klik disini untuk daftar ulang) untuk dapat mengikuti proses seleksi selanjutnya.
STAFF ADMINISTRASI
Persyaratan Khusus:
Pria
Pendidikan Minimal S1 diutamakan jurusan: Akuntansi, Aktuaria, Asuransi, Keuangan, Manajemen Risiko, IT, Manajemen Ekonomi, Matematika/MIPA, Teknik Arsitektur, Teknik Sipil
Bersedia di tempatkan di seluruh wilayah Indonesia (dinyatakan pada Surat Pernyataan, ttd pada materai)
SEKRETARIS DAN PUBLIC RELATION
Persyaratan Khusus:
Wanita
Pendidikan D3 / S1 diutamakan jurusan: Sekretaris, Komunikasi, Public Relation dan Bahasa
Berpenampilan rapi dan menarik
Diutamakan yang berpengalaman di bidang Sekretaris / Public Relation
Persyaratan Umum:
Belum menikah
Usia maksimal: 27 tahun (max ultah ke 27 pada tanggal 7 Oktober 2017)
Tinggi badan minimal 165 cm (Pria) dan 160 cm (Wanita) dengan berat badan proporsional
Berasal dari PTN/PTS berkualifikasi baik dengan IPK Minimal 2.75
Mampu berkomunikasi secara aktif
Memiliki semangat kerja dan mampu bekerjasama dalam tim
Tidak memiliki Orang tua dan/atau Saudara Kandung yang masih aktif bekerja di PT. Jasa Raharja (Persero) (dibuktikan dengan Surat Pernyataan, ttd pada Materai)
Pelaksanaan tes dilakukan di Jakarta dan atas biaya sendiri
Hanya peserta dengan kualifikasi terbaik yang akan dipanggil/Sortlist Candidate. Pendaftaran dan pengajuan lamaran dilakukan mulai tanggal 7 s/d 14 Oktober 2017 melalui : www.lmfeui.com/jasaraharja
Keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat.
Read more...
Mahasiswa Program Studi Public Relations Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) kunjungi kantor Tribun Jogja, Kamis (21/12/2017). Kunjungan ini diikuti oleh sebanyak 11 mahasiswa serta 2 pendamping.
Adapun tujuan dari kunjungan ini untuk mengetahui bagaimana cara kerja redaksi dan penyajian konten berita di tribunjogja.com. Serta tentunya untuk menambah wawasan mahasiswa Akindo terkait jurnalisme online. Kepala Program Studi Public Relations AKINDO Hening Budi Prabawati Msi berharap, kegiatan ini dapat mendekatkan mahasiswa di dunia industri media. "Kunjungan ini bagian dari mata kuliah, harapannya mereka paham benar setelah mendapat teori, mereka bisa memahami media itu seperti apa," paparnya kepada tribunjogja.com.
Beberapa mahasiswa menuturkan, kunjungan ke Kantor Tribun Jogja ini menambah wawasan baru bagi mereka terkait jurnalisme online. Seperti Nuri misalnya, ia mengaku mendapatkan banyak ilmu dan wawasan dari kunjungan hari ini. "Seneng banget ya, dapet pencerahan dan tahu gimana caranya bikin berita yang menarik," papar Nuri.
Hal serupa juga dikatakan oleh Safri, ia menuturkan kunjungan hari ini memberikan kesan tersendiri bagi dirinya. "Yang aku dapet itu pentingnya pengalaman buat jadi seorang jurnalis, terus pengemasannya friendly, seru cara pembawaannya kayak temen sendiri jadi kesan pesan langsung tersampaikan," tutur dara semester 1 Program Studi Public Relations AKINDO ini.
Selain itu, Thalia menuturkan, dirinya dapat mengetahui lebih lanjut tentang hard news dan soft news. "Kita jadi tahu gimana sih caranya pemilihan kata yang menarik dan perbedaan pemuatan berita online dan cetak," ujar Thalia.
Sumber:
http://jogja.tribunnews.com/2017/12/21/mahasiswa-prodi-public-relations-akindo-kunjungi-tribun-jogja
http://jogja.tribunnews.com/2017/12/21/ini-kesan-mahasiswa-akindo-saat-kunjungi-kantor-tribun-jogja
–– ADVERTISEMENT ––
–– ADVERTISEMENT ––
Read more...
Untuk memberikan bekal kompetensi dibidang penyiaran (broadcasting) maka program studi penyiaran AKINDO menyelenggarakan kegiatan produksi bersama pada mahasiswa semester tiga dan semester lima. Kegiatan produksi diwujudkan dalam bentuk format program video klip (ada 9 kelompok) untuk semester lima dan program televise feature budaya (ada 10 kelompok) untuk semester tiga.
Pelaksanaan praktikum bertujuan juga untuk mempersiapkan mahasiswa Broadcasting AKINDO melaksanakan magang di industri televisi maupun film, serta memberikan bekal dalam bidang manajemen produksi maupun teknik produksi. Proses produksi diselenggarakan selama satu bulan penuh dimulai dari minggu kedua bulan Desember hingga minggu kedua bulan Januari 2018.
Materi pembekalan disesuaikan dengan tahapan produksi, dimulai dari tahapan Pra-Produksi yang terdiri dari penentuan ide, melakukan riset lapangan, penulisan naskah, menyusun storyboard, menyusun rencana anggaran, menentukan talent, menentukan lokasi shooting, menyusun jadwal produksi hingga menyiapkan peralatan shooting. Sementara tahapan Produksi terdiri dari proses visualisasi konsep yang masih berupa pesan tertulis menjadi wujud gambar/video, sedangkan tahapan akhir adalah Pasca-Produksi yang terdiri dari editing (memilih gambar, memotong dan menyusun gambar hingga menjadi pesan yang utuh).
Untuk mahasiswa semester lima dipilihnya produksi video klip dengan alasan agar mahasiswa dapat belajar mulai dari tahap proses negosiasi dengan kelompok band indie, mengasah kreatifitas dalam memvisualkan pesan lagu ke dalam gambar serta belajar mempromosikan karyanya untuk dapat diterima oleh masyarakat umum dan dapat ditayangkan di stasiun televisi.
Jumlah video music yang diproduksi ada 9 judul lagu dengan rincian: Aku Harap Laguku oleh Agoni Band, Working Class Hero oleh YGAIH Band, 2 Dimensi oleh Psychotest Band, Talk Me Through oleh ROBBRS Band, Kembalikan Semangatku oleh Heroic Band, Tuan Nono oleh Ilona Band, Peace and love oleh Diar Sahudi, Ayah IBu oleh Doni Suwung, dan Aku Bukan Untukmu oleh Glowing Band.
Konsep video klip kaya mahasiswa broadcasting AKINDO menggabungkan 3 konsep sekaligus yaitu film performance, narrative dan art clip. Film performance lebih menekankan pada tampilnya performa band, gaya narrative lebh menekankan pada gaya penuturan cerita atau story telling serta art clip yang lebih menonjolkan pada unsure seni rupa modern yaitu video art.
Video klip tersebut akan menggunakan lokasi produksi di wilayah Yogyakrta diutamakan untuk menggunakan lokasi-lokasi wisata dengan harapan nantinya dapat sekalian untuk mempromosikan Yogyakarta.
Sedangkan untuk mahasiswa penyiaran semester tiga akan memproduksi feature budaya. Jika dikampus lain lebih memilih kegiatan seminar untuk memberikan wawasan dan sosialisasi tentang nilai kebhineka tunggal ika-an di Indonesia bagi mahasiswa maka di AKINDO mahasiswa lebih diajak untuk mengetahui dan merasakan secara langsung tentang bhineka tunggal ika. Dalam kegiatan ini mahasiswa dibimbing untuk membuat program televise dengan format feature budaya. Praktikum feature budaya memberikan bekal juga kepada mahasiswa tentang pengetahuan keaneka ragaman budaya yang ada di Indonesia. Apalagi dalam produksinya mahasiswa perlu melakukan riset dilapangan, sehingga mereka akan mengetahui secara langsung tentang nilai budaya Indonesia dan penerapan bhineka tunggal ika. Kali ini mahasiswa AKINDO akan memproduksi feature budaya dengan tema melindungi cagar budaya yang ada di Yogyakarta dan sekitarny, direncanakan akan ada 10 episode yang
Hasil evaluasi kegiatan ini nantinya akan melibatkan para praktisi dari stasiun televise lokal yang telah terjalin kerjasama dengan kampus AKINDO yaitu KresnaTV, INewsTV, TegarTV dan RatihTV. Broadcasting AKINDO saat ini juga telah memperbaiki kurikulumnya dengan dengan melibatkan stakeholder seperti stasiun televise, rumah produksi dan perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. (Heri Setyawan, M.Sn)
Read more...Yogyakarta - Bagi Anda yang memiliki hobi tulis-menulis atau berminat bekerja di bidang jurnalistik (pers kampus); redaksi AKINDO NEWS memanggil dan mencari mahasiswa/i AKINDO untuk mengirimkan karya tulis/foto. Karya dapat berupa: berita, foto, artikel (opini/pendapat/gagasan), karikatur/animasi, puisi, sajak, cerita pendek (cerpen), resensi buku, resensi film, dan karya kreatif lain yang layak tayang di situs online www.akindo.ac.id.
Karya harus orisinal dan jika mengutip pendapat milik penulis lain, harus dicantumkan sumber referensinya. Panjang karya tidak ada batasannya. Adapun karya Anda harus dikirimkan langsung melalui e-mail: redaksi@akindo.ac.id. Seluruh karya yang dikirimkan diseleksi oleh redaksi. Terima kasih (Espede).
SALAM REDAKSI
KALENDER AKADEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM) YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Silahkan download disini
Read more...Tantangan beriklan di era digital telah mengubah paradigma masyarakat dalam memahami pesan. Pengiklan harus terus memperbaiki pola komunikasinya jika ingin pesan persuasinya sampai ke masyarakat. Sebagai institusi pendidikan memiliki Prodi Advertising, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta merasa perlu memberikan praktik mengenai iklan yang cerdas, kreatif dan inovatif. Praktik iklan tersebut melalui Mata Kuliah Media dan Budaya dengan membuat iklan instalasi produk Sarah Kebaya. Konsep iklan instalasi dibuat untuk membingkai tradisi-budaya dalam perkembangan fashion Indonesia yang kekinian.
Pemilihan lokasi iklan instalasi ini mengambil tempat di Titik Nol Kilometer yang bertujuan untuk mendapatkan keterlibatan audien secara luas. Dosen Prodi Advertising STIKOM Yogyakarta, Karina Rima Melati mengatakan pemilihan lokasi tersebut menjadi tempat representatif. Selain sebagai landmark Kota Yogyakarta, Titik Nol Kilometer juga menjadi pusat bertemunya masyarakat lokal dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. "Supaya keterlibatan audien yang menjadi faktor penting dari iklan instalasi bisa tercapai, termasuk pesan yang diusungnya," katanya pada Selasa (22/1/2019).
Lanjut dia, iklan instalasi ini menciptakan pemahaman bagaimana membangun social engagement, terutama membangun hubungan antara audien dengan produk maupun merek. Ide atau konsep yang ada pada iklan instalasi harus memahami bentuk-bentuk pengalaman yang bisa dialami audien ketika terlibat di dalamnya. Yakni termasuk juga di mana iklan instalasi tersebut akan dipasang.
Melalui mata kuliah Media dan Budaya dan penciptaaan iklan instalasi diharapkan mahasiswa dapat memahami bagaimana membangun relasi yang baik antara iklan dan target audiensnya. "Melalui pengalaman yang unik dan mengedepankan nilai humanistik. Dengan perkembangan teknologi dan pola pikir masyarakat yang kian dinamis, mahasiswa diharapkan mampu berkontribusi menawarkan solusi beriklan yang cerdas-kreatif," tutur dia.
Sumber: Tribun Jogja
(http://jogja.tribunnews.com/2019/01/22/belajar-iklan-instalasi-mahasiswa-stikom-yogyakarta-praktik-langsung-di-titik-nol)
Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) secara resmi berubah bentuk menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta pada hari Kamis, 8 Maret 2018. Perubahan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 109/KPT/I/2018 tentang Izin Perubahan Bentuk Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta Yayasan Pendidikan Komunikasi Indonesia menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Yogyakarta. Acara serah terima SK dilakukan oleh Koordinator Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Bapak Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA kepada Ketua Yayasan Pendidikan Komunikasi (YPK) AKINDO, Bapak Kol. (Purn.) Ganiman, S.E., yang bertempat di ruang kelas kampus STIKOM Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto KM 6,5 No. 279 Yogyakarta.
Bapak Mayjen (Purn.) Djoko Subroto, S.IP selaku Ketua Dewan Pembina YPK AKINDO dalam sambutannya mengucapkan rasa syukur dengan peningkatan status dari Akademi menjadi Sekolah Tinggi. “Setelah perjuangan selama 4 tahun, alhamdulillah hari ini dinyatakan menjadi sekolah tinggi”, ungkapnya.
Kompetisi Perguruan Tinggi di Yogyakarta saat ini dirasa semakin sempit yang kemudian membuat Yayasan Pendidikan Komunikasi (YPK) AKINDO mengambil strategi taktis untuk meningkatkan Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta. Ketua STIKOM Yogyakarta, Bapak R. Sumantri Raharjo, M.Si mengungkapkan harapan dengan adanya perubahan bentuk ini membuat mampu bersaing diantara kompetisi Perguruan Tinggi. “Harapannya juga dapat meningkatkan jumlah lulusan baik secara kuantitas dan kualitas”, ungkapnya.
Koordinator Kopertis Wilayah V Bapak Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA dalam kesempatan itu berpesan ada beberapa hal yang harus diselesaikan antara lain harus segera dipersiapkan untuk dimasukkan ke Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) dan perubahan statuta menjadi sekolah tinggi. Pak Bambang juga berpesan dengan perubahan status menjadi STIKOM ini diharapkan menjadi meningkat jumlah mahasiswa. “Adanya penambahan S1, jangan sampai malah menurun mahasiswanya”, ungkapnya.
Tidak seperti Perguruan Tinggi lain yang masih bisa menggunakan nama jenjangnya, AKINDO harus menghilangkan nama “AKINDO” menjadi STIKOM Yogyakarta. Hal ini berdasarkan Peraturan Kemenristekdikti yang berlaku sejak akhir 2017 lalu. Bapak Sumantri mengungkapkan hal ini yang kemudian menjadi tantangan tersendiri didalam promosi kedepan. “STIKOM memiliki program studi baru yakni S1 Ilmu Komunikasi yang nantinya akan ada karakter yang berbeda dibandingkan S1 Ilmu Komunikasi di Universitas lain”, ungkapnya.
Dengan berubah bentuk menjadi STIKOM Yogyakarta, akan ada penambahan Program Studi yakni S1 Ilmu Komunikasi. Pada Program Studi S1 Ilmu Komunikasi ini akan terdapat dua peminatan antara lain Manajemen Produksi Siaran dan Manajemen Hubungan Masyarakat &Periklanan. Sehingga STIKOM Yogyakarta saat ini memiliki 4 Program Studi antara lain S1 Ilmu Komunikasi, D3 Penyiaran/Broadcasting, D3 Periklanan/Advertising, dan D3 Hubungan Masyarakat/Public Relations.
Saat ini, STIKOM Yogyakarta (AKINDO) menjadi satu-satunya Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi yang ada di Yogyakarta. Hal ini yang menjadi salah satu keunggulan dari STIKOM Yogyakarta (AKINDO) yang bisa dijadikan salah satu pilihan alternatif masyarakat untuk memilih Perguruan Tinggi. Peresmian perubahan status AKINDO menjadi STIKOM Yogyakarta, secara resmi juga memulai Penerima Mahasiswa Baru untuk Program S1 Ilmu Komunikasi.(Humas)
Read more...PENGUMUMAN
JADWAL KULIAH
SEMESTER GANJIL TA. 2018/2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM)
YOGYAKARTA
Silahkan download disini
Read more...
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta
Semester Pendek (SP) TA. 2017/2018
Ketentuan silahkan download disini
Read more...Forum Literasi Media
“Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Upaya
Meningkatkan State-Society Engagement”
Pada tanggal 27 Mei yang lalu wakil dari Akindo berkesempatan mengikuti seminar yang bertakjub Forum Literasi Media “Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Upaya Meningkatkan State-Society Engagement”. Seminar yang dilaksanakan di ruang sidang Gedung Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada tersebut dimoderatori oleh Bambang Eka Widodo, dan menghadirkan 3 pembicara yaitu Komisioner KPU, Sigit Pamungkas yang membawakan pembahasan tentang Media Sosial dan Pendidikan Pemilih, kedua dosen dari jurusan Komunikasi UGM, Sri Rahayu, SIP. MA yang membawakan materi tentang Bagaiman Berkomunikasi Lewat Media Sosial?, yang ketiga bupati Kulonprogo, DR. Hasto Wardoyo, Sp.OG yang membawakan Pemanfaatan Media Sosial di Masyarakat Kulonprogo.
Acara dibuka dengan sambutan-sambutan. Sambutan dari Bp Purwo Santoso yang merupakan ketua jurusan Ilmu Pemerintahan, kemudian sambutan Dekan Fisipol, yang diwakili oleh wakil Dekan, yang terakhir sambutan dari perwakilan Kemoninfo Bp. Pranoto, yang juga merupakan alumni dari Fisipol UGM.
Acara yang dihadiri oleh beberapa perwakilan SMA, SMK di DIY, mahasiswa, dan juga umum tersebut dimulai dari pemateri Sigit Pamungkas yang membawakan materi Media Sosial dan Pendidikan Pemilu. Bahasan yang disampaikan oleh Sigit Pamungkas tersebut mengatakan bahwa media sosial mempunyai kekhasan tertentu yaitu bersifat massive dan provokatif. Media sosial menjadi sebuah satu alternatif jalan rakyat terlibat intensif dalam pemilu. Komisioner KPU tersebut juga menyampaikan data-data mengenai metode akses masyarakat dalam partisipasi pemilu, salah satunya adalah bahwa presentase terbesar masyarakat dalam mengakses seputar kegiatan pemilu adalah melalui facebook (32%) dengan media komunikasi gadget.
Pembahasan yang kedua kemudian disampaikan oleh Sri Rahayu. Beliau lebih banyak membahas tentang keberadaan media sosial dan pemuda. Staf pengajar di jurusan Ilmu Komunikasi tersebut memberikan penjelasan mengenai perilaku-perilaku pemuda bersama media sosial dan hal-hal yang menjadi keinginan pemuda, meliputi:
Dari materi yang disampaikan, beliau memberikan kesimpulan bahwa Media Literacy haruslah menciptakan Knowledge kemudian menghasilkan Skill dan Information. Materi yang disampaikan oleh Bu Yayuk, begitu sapaan akrabnya, sangat memukau dan seluruh audiens tertuju pada pemaparannya. Selain isi materi yang lugas dan ringan, kebanyakan dari audiens sendiri adalah para siswa-siswi SMA dan SMK serta para mahasiswa, hal tersebutlah yang mungkin menjadi daya tarik tersendiri terhadap pemaparan materi dari Sri Rahayu, S.IP, MA.
Pemateri Forum Literasi Media yang ketiga kemudian disampaikan oleh Bupati Kulonprogo, DR. Hasto Wardoyo, Sp.OG. Beliau lebih banyak menyampaikan pemanfaatan media sosial di lingkungan masyarakatnya serta kebijakan-kebijakan yang dibuat dengan memanfaatkan media sosial. Pada materi yang ketiga ini Hasto Wardoyo beberapa kali menghadirkan tawa bagi para audiens dengan gaya bahasa yang cara menyampaikan materi menggunakan kata-kata dan gambar-gambar kiasan.
Di akhir acara ditutup dengan diskusi antara audiens dengan pemateri. Ada 6 (enam) penanya yang bertanya berkaitan dengan penjelasan yan disampaikan oleh pemateri. Pertanyaan paling banyak ditujukan kepada Sri Rahayu, S.IP, MA tentang upaya-upaya menangani hal-hal negative dari media sosial terhadap pemuda, dan komisioner KPU, Sigit Pamungkas tentang pemanfaatan media sosial sebagai alat informasi dan komunikasi dalam KPU.
oleh Tri Lestari Mahasiswa PR 2013
Read more...Akademi Komunikasi Indonesia (Akindo) Jogja menggelar talkshow berjudul True Power of Public Relation in Politic Campaign di Hotel Grand Keisha, Sabtu (27/1/2018) malam. Puncak peringatan Dies Natalis Akindo ke-24 itu menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan politisi, praktisi public relation (PR) secara khusus membahas kekuatan PR dalam kampanye politik.
Sejumlah narasumber yang hadir antara lain, Heroe Poerwadi Wakil Walikota Jogja, Saelany Machfudz Walikota Pekalongan, Ismoyo Raditya Asisten Pribadi Gubernur DKI Jakarta, Franz Leo Senior Brand Consultant, Hening Prabawati Keprodi Jurusan Public Relations (PR) Akindo dan sejumlah narasumber lainnya.
Direktur Akindo Jogja Sumantri Raharjo menyatakan, diskusi dengan menghadirkan narasumber praktisi politik untuk menggali khasanah keilmuan di bidang PR dari sejumlah politikus. Kegiatan itu sekaligus sebagai rangkaian Dies Natalis ke-24 Akindo yang telah mengalami banyak dinamika. Ia bertekad menjadikan Akindo menjadi lebih baik dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia.
“Tahun ini kami merencanakan akan berubah bentuk menjadi sekolah tinggi. Kami ajak berusaha mengembangkan diri dan semakin baik lagi ke depan,” terangnya dalam pembukaan talkshow, Sabtu (27/1/2018) malam.
Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi dalam kesempatan itu menyatakan, melihat situasi media sosial saat ini, masyarakat menjadi tidak memiliki keyakinan yang pasti siapa sebenarnya yang benar-benar menyampaikan fakta dalam informasinya. Sehingga jika PR dijalankan dengan secara konvensional maka pelakunya akan terpeleset pada stigma pencitraan. “Kondisi ini membuat masyarakat apatis, ambigu,” ujarnya dalam memberikan materi talk show.
Oleh karena itu, lanjut dia, bidang PR harus melakukan sejumlah tahapan dalam membuat branding suatu produk. Menurutnya, branding paling kuat adalah dengan menyajikan rekam jejak, karena dengan rekam jejak akan menunjukkan posisi dari produk tersebut. Sayangnya, melakukan branding itu tidak mudah, karena kelebihan branding era saat ini justru terbukti membuat masyarakat tidak percaya.
“Kalau tidak punya rekam jejak, maka akan terlempar dengan isu kesana kemari. Ketika saya harus dalam posisi bermain dalam perjuangan politik harus melakukan membuat orang dikenang,” ungkapnya.
Sementara, Wali Kota Pekalongan Saelany Mahfudz mengatakan silaturahmi dinilai sebagai suatu penting dalam PR. Ia selalu mengedepankan silaturahmi dan secara tidak sadar justru dapat menjadi landasan utama dari PR. “Selain itu silaturahmi membuat orang senag, menghilangkan penyakit, memperpanjang umur dan di sana juga ada lobi,” ujarnya.
Ia mengatakan ada empat potensi manusia yang harus dikembangkan, antara lain, spiritualisme seperti kejujuran, amanah yang selalu menempati urutan tertinggi nilainya. Kemudian disusul profesionalisne, integritas dan memiliki loyalitas. “Tetapi modal terpenting adalah amanah, kalau amanah itu nilainya satu, item yang lain nilainya nol koma sekian,” ungkap dia.
(Sumber: Harian Jogja)
Read more...Fiorentina Indhi Mentari, Mahasiswi D3 Penyiaran Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO), berhasil meraih juara Diajeng Bantul Berbakat dalam acara Grand Final Pemilihan Dimas Diajeng Kota Jogja 2017 di Gedung Serbaguna Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada Sabtu (14/10 2017) malam. Ajang pemilihan duta wisata ini sudah dimulai sejak Mei 2017, diikuti ratusan calon Dimas Diajeng Bantul hingga terpilih 30 orang finalis untuk mengikuti babak grand final.
Fio, sapaan akrab, Fiorentina, mengungkapkan rasa syukur atas juara yang diraihnya. “Alhamdulillah masih dikasih kepercayaan sama Allah dan keluarga besar Dimas Diajeng untuk menjadi Diajeng Bantul Berbakat 2017. Senang juga bisa membawa pulang sesuatu yang bikin keluarga bangga. Walaupun tidak masuk top 5 tapi ini sudah berarti sekali,” ungkapnya.
Banyak pengalaman dan pembelajaran yang Fio dapatkan selama mengikuti proses pemilihan Dimas Diajeng Bantul 2017 ini. “Saya banyak belajar seperti belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan baik, belajar mengenal perbedaan karakter, dan belajar lebih berbudaya. Serta pastinya dapat keluar baru yang luar biasa disini,” ungkapnya.
Mahasiswi angkatan 2016 di AKINDO ini mengungkapkan rencana kedepannya selamat dua tahun menjabat sebagai Diajeng Bantul Berbakat 2017 ini nantinya bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul akan melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan untuk membuat Kabupaten Bantul lebih maju lagi, terlebih di sektor pariwisata yang ada di Bantul untuk bisa dikenal sampai kancah internasional. (Humas)
Read more...Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) DIY menggandeng Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Yogyakarta untuk menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) XIV Tahun 2018 di Yogyakarta pada bidang lomba Komik Strip. Kegiatan dengan tema “Merajut Budaya Nasional” ini akan dibuka secara resmi bertempat di kampus Stikom Yogyakarta, Jln. Laksda Adisucipto km 6,5 no 279 Yogyakarta, pada hari Kamis (18/10).
Lomba Komik Strip tersebut merupakan satu dari rangkaian kegiatan lomba-lomba dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS) 2018 yang berlangsung dari tanggal 16 – 20 Oktober 2018 di berbagai kampus di DIY, yang pembukaannya dilaksanakan Selasa, 16 Oktober 2018 siang di lapangan Pancasila Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta. Peksiminas merupakan kompetisi di bidang seni bagi mahasiswa Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan menunjuk pengurus BPSMI sebagai panitia penyelenggara kegiatan. Kegiatan dengan agenda dua tahunan ini terdiri dari berbagai macam tangkai lomba, salah satunya adalah komik strip.
Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan & Alumni Stikom Yogyakarta, Hardoyo, M. A. selaku Ketua Panitia Pelaksana mengatakan bahwa lomba tersebut akan diikuti oleh para mahasiswa putra maupun putri utusan dari Pengurus Daerah Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) berbagai Provinsi di Indonesia yang sebelumnya telah menjalani seleksi ditingkat Perguruan Tinggi masing-masing hingga tingkat provinsi. Berdasarkan tema di atas, saat lomba para peserta akan menuangkan gagasan dalam bentuk rangkaian gambar yang mengandung cerita di atas kertas manila ukuran A3. Gambar harus lebih dominan dibandingkan teksnya. Diharapkan dalam lomba tersebut para peserta dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan dihasilkan karya lomba yang bagus bermutu.
Lomba komik strip diikuti sebanyak 24 peserta perwakilan dari Pengurus Daerah BPSMI dari berbagai provinsi di Indonesia. Penilaian karya oleh para juri akan dilaksanakan pada hari Jumat, 19 Oktober 2018. Juri pada perlombaan ini merupakan praktisi dan dosen yang sudah tidak asing lagi dalam dunia komik. Mereka adalah Drs. Titoes Libert, M.Sn perwakilan dari BPSMI, Beng Rahadian, M.Sn dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Tera Bajragosa dari Institut Seni Indonesia (ISI)
Setelah dilakukan penilaian oleh tim juri, masyarakat diberi kesempatan dapat menikmati/menonton karya-karya lomba tersebut saat karya-karya tersebut dipamerkan dalam 2 hari sesudahnya tanggal 19-20 Oktober 2018 di kampus STIKOM Yogyakarta. Dari hasil penilaian juri akan dipilih 5 karya terbaik sebagai pemenang: Juara I,II, III, Juara Harapan I dan Juara Harapan II. Sebagai penghargaan kepada para juara akan diserahkan sertifikat, trophy dan uang pembinaan dari BPSMI kepada para pemenang saat penutupan PEKSIMINAS tanggal 21 Oktober 2018 di kampus Universitas Sanata Dharma, Mrican Yogyakarta.
Read more...Mahasiswa program studi Advertising mengadakan acara Pandora Award ke-2 dengan tema Cagar Budaya. Acara tersebut diselenggarakan di Kampus STIKOM Jalan Laksda Adisucipto km 6,5 Sleman, Sabtu (31/3/2018).
Ketua pelaksana Affida Nur Hanifah menjelaskan, acara ini dihadiri mahasiswa dari STIKOM serta mahasiswa kampus lain di DIY. Adapun pembicara utama dalam acara ini yakni Muhamad Natsir dari Yayasan Kanthil. Ia juga seorang pemerhati bangunan tua Kotagede.
"Kami sengaja mengundang Muhamad Natsir untuk berbagi tentang cagar budaya yang ada di DIY dan tempat lain," jelas dia.
Ia mengatakan, pada acara tersebut ada juga temu alumni yang mengundang alumni Advertising STIKOM untuk berbagi pengalaman mereka di bidang Advertising. "Kami juga mengundang beberapa siswa siswi SMK dan SMA dari berbagai daerah di DIY dan juga Jateng. Acara ini sendiri rutin diadakan setiap tahun," ujar dia.
Untuk semakin meramaikan kegiatan, panitia mengadakan lomba fotografi dan desain untuk SMA dan SMK di DIY dan Jateng. Pengumpulan karya dilakukan pada 1-21 Maret, sedangkan pemberian penghargaan dilakukan Sabtu. Untuk melengkapi kegiatan ini ada beberapa acara pendukung seperti potong tumpeng, tarian tradisional, musik akustik, serta ditutup dengan pemberian penghargaan.
Ia mengatakan, acara ini merupakan media pembelajaran bagi mahasiswa dan siswa mengenai keberadaan dan proses kreatif di dunia periklanan. Serta, bertujuan untuk memperkenalkan prodi Advertising STIKOM dan gerakannya dalam program kreatif menghadapi permasalahan dan isu sosial di lingkungannya.
Acara lain setelah ini, Fida mengatakan, Jurusan Advertising akan mengadakan gathering dan visit company. "Ke depannya semoga Pandora Award akan lebih luas sasarannya dan lebih berkontribusi aktif dalam memberikan alternatif solusi bagi permasalahan dan isu sosial di tengah masyarakat," ungkap dia. (Humas)
Sumber: Harian Jogja
Read more...“Darurat” Undang-Undang Penyiaran;
Upaya Normatif-Regulatif-Konstruktif KPI/D (dan DPR RI) Menciptakan Arsitektur Penyiaran (Analog-Digital) yang Pro Publik di Era Konvergensi Multimedia Massa**
Oleh: Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom.
Komisioner (Koordinator) Pengawasan Isi (Program) Siaran KPID DIY 2014-2017,
Dosen Ilmu Komunikasi (Jurnalistik) Sejumlah PTS di DIY (Kontak/WA: 08179447204,
E-mail: padiyanto@yahoo.com, supadiyantoundip@gmail.com, Website: http://www.kompasiana.com/Supadiyanto)
Satu: Prolog
Jika dipetakan ada empat masalah mahabesar-serius yang saat ini tengah dihadapi oleh dunia penyiaran (digital) di Indonesia di era konvergensi multimedia massa. Pertama, soal konglomerasi (aglomerasi) media di mana saat ini tengah terjadi gejala oligopolimedia yang ke depan dipastikan mengarah terciptanya tripoli, duopoli, bahkan monopoli. Tentunya, kalau gejala ini didiamkan saja, bisa mengancam masa depan demokrasi di Tanah Air. Kedua, induk regulasi penyiaran yang masih “analog”, sementara perkembangan Teknologi Telekomunikasi, Media, dan Informatika (Telematika) sudah jauh melaju menuju “peradaban digital”. Berbagai persoalan baru muncul, sementara pada sisi lain; regulasi penyiaran yang ada belum (tidak) cukup cepat mengakomodir kepentingan tersebut. Ketiga, eksistensi KPI (KPI Pusat dan KPID) sebagai salah satu regulator di bidang penyiaran di Indonesia semakin “terkerdilkan”; bahkan kerap kali otoritasnya termandulkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Keempat, minimnya produktivitas lembaga penyiaran (radio dan televisi) di daerah dalam memproduksi, mereproduksi, sekaligus menyiarkan program-program siaran lokal; sebagai implikasi atas dominasi program siaran “Jakartanan” di berbagai stasiun televisi dan radio berjaringan di Tanah Air, termasuk di DIY. Khususnya di DIY; di samping empat masalah serius di atas; masih ada dua tambahan lagi. Satu, struktur kelembagaan KPID DIY dalam peta birokrasi di DIY; belum sepenuhnya merepresentasikan KPID DIY sebagai “lembaga independen negara” (masih “lembaga negara independen”). Pasalnya, kedudukannya; termasuk anggaran operasional tahunannya yang minim itu masih “dititipkan” di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika DIY. Pertanyaannya, bagaimana KPID DIY mau bisa eksis jika dalam posisi demikian?
Kedua, wilayah layanan siar untuk televisi yang bersiaran di DIY juga meliputi kawasan eks Karisidenan Surakarta (Solo Raya) dan sebagian kecil Kabupaten Magelang. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 31 Tahun 2014 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Televisi Siaran Analog Pada Pita Ultra High Frequency (UHF) sebagai revisi atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.76 Tahun 2003 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Televisi Siaran Analog Pada Pita Ultra High Frequency (UHF); DIY memiliki satu wilayah layanan saja meliputi: Yogyakarta, Wonosari, Solo, Sleman, dan Wates dengan batas lokasi tes poin bagian terutara di Boyolali, batas timur laut di Sragen, batas timur di Gunung, batas tenggara di Wonosari, batas selatan di Paliyan, batas barat daya di Galur, dan batas barat di Wates, serta batas barat laut di Salaman (Magelang). Dengan demikian, wilayah “kekuasaannya” tidak hanya menjangkau se-DIY saja, tetapi melebar hingga Solo Raya dan sebagian kecil Magelang. Inilah yang kemudian kerap kali memicu “perseteruan” antara KPID DIY dan KPID Jawa Tengah sejak dahulu hingga saat ini. Secara formal, berdasarkan Permenkominfo Nomor 31/2014 di atas; DIY memiliki jatah 17 kanal (14 kanal lama yang sudah penuh; plus tiga kanal analog tambahan yang belum lama ini diperebutkan oleh 13 perusahaan televisi).
Dua: Ekonomi Politik Media dan Konglomeratisasi Media
Apa yang pernah digagas oleh Profesor Vincent Mosco (Jerman) mengenai teori ekonomi politik media (komodifikasi, strukturasi, dan spasialisasi) tidak bisa terbantahkan lagi terjadi di Indonesia. Berbagai jaringan media massa akhirnya dikendalikan oleh pengusaha media yang sekaligus berprofesi ganda sebagai politisi (pejabat publik). Faktanya, hanya ada 13 grup perusahaan media swasta raksasa yang menguasai pasar. Mereka adalah MNC Group (Hary Tanoesoedibjo), Kompas Gramedia Group (Jacob Oetomo), Elang Mahkota Teknologi (Eddy Kusnadi Sariaatmadja), Mahaka Media (Abdul Gani dan Erick Tohir), CT Group (Chairul Tanjung), Beritasatu Media Holdings/Lippo Group (James Riady), Media Group (Surya Paloh), Visi Media Asia/Bakrie & Brothers (Anindya Bakrie), Jawa Pos Group (Dahlan Iskan dan Azrul Ananda), MRA Media (Adiguna Soetowo dan Soetikno, Femina Group (Pia Alisyahbana dan Mirta Kartohadiprodjo), Tempo Inti Media (Yayasan Tempo), Media Bali Post Group (Satria Narada) (Nugroho, Yanuar. dkk. 2012 dan Lim, M. 2012).
Kini di bidang industri media radio, sejatinya sudah mengarah pada terciptanya duopoli, yakni dikendalikan MNC Group dan Mahaka Media Group. Di bidang industri media televisi, sesunggguhnya sudah mengarah terciptanya duopoli yang dikuasai oleh MNC Group dan Jawa Pos Group. Artinya, Jawa Pos Group sudah memegang kendali dalam industri media cetak dan media televisi, walaupun secara nyata dalam bidang industri televisi terjadi juga perebutan pasar sangat sengit antara 4 raksasa bisnis, Jawa Pos Group, CT Corp, Visi Media Asia dan Elang Makhkota Teknologi. Sedangkan MNC Group, secara meyakinkan mampu menjadi penguasa bisnis industri televisi sekaligus radio. Fakta ini juga terjadi di DIY; di mana perusahaan media lokal menjadi semakin “megap-megap” harus bersaing dengan para konglomeratisasi media di atas yang disuplai oleh sumber dana amat besar, sumber daya manusia tinggi dan banyak, serta dukungan jaringan media yang besar dan Telematika yang canggih.
Tiga: “Darurat” Undang-Undang Penyiaran (Nomor 32 Tahun 2002)
Memang wacana perevisian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran sudah cukup lama didengar publik. Memang dari segi temporal, UU tersebut telah berusia lebih dari 12 tahun. Padahal ada begitu banyak dinamika dan perubahan di bidang penyiaran yang berjalan sangat cepat. Sebagaimana pesan substantif dari prinsip hukum progresif yang pernah diprakarsai oleh Profesor Satjipto Rahardjo, bahwa hukum harus selalu menyesuaikan gerak perubahan zaman. Bukan zaman yang harus mengikuti hukum.
Ada beberapa hal mendasar yang wajib dielaborasikan untuk merevisi UU Nomor 32 Tahun 2002. Pertama, UU Nomor 32 Tahun 2002 belum mengatur secara khusus mengenai industri penyiaran digital. Memang sudah ada Permenkominfo RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial; namun hal tersebut belum cukup kokoh sebagai “pondasi hukum” untuk mengatur mengenai implementasi industri televisi digital di Indonesia. Dalam konteks DIY sudah ada 22 lembaga penyiaran televisi swasta digital yang sebagiannya sudah memperoleh IPP Prinsip; sedangkan sisanya masih dalam proses. Mereka sama sekali belum bisa melakukan ujicoba siaran (sementara) atau bersiaran karena sampai sekarang belum mendapatkan izin sewa frekuensi dari lembaga penyelenggara televisi yang mengantongi izin multiplexing (MUX). Tentu saja perkara ini menjadi persoalan rumit nan kompleks tersendiri, yang menjadi batu sandungan. Apakah relevan ke depan, seluruh lembaga penyiaran swasta bukan pemegang MUX—kemudian berebut untuk mendapatkan izin sewa frekuensi dari pemegang MUX; sehingga pemilik MUX dengan seenaknya menetapkan tarif sewa yang mahal? Bagaiamana kalau pemilik MUX tidak mau menyewakan frekuensinya kepada kompetitor lainnya; apa sanksinya? Bagaimana solusi jika ada lembaga penyiaran televisi digital yang tidak mendapatkan izin sewa frekuensi dari lembaga penyiaran swasta (raksasa) pemilik MUX? Apakah akan lebih baik jika kemudian pemegang MUX ini dikelola saja oleh negara; misalnya diberikan kepada “TVRI dan RRI (pusat dan daerah)” atau dengan membentuk badan tersendiri? Tentu saja semuanya masih sebatas “wacana”. Nah, UU hasil revisi UU Nomor 32 Tahun 2002 tentunya harus memasukkan kajian regulatif-akademis mengenai hal tersebut.
Kedua, mengenai eksistensi KPI sendiri. Ada banyak hal yang harus direvisi khususnya Pasal 8 mengenai wewenang, tugas dan kewajiban KPI. Idealnya, kewenangan KPI semakin diperluas lagi, misalnya sampai pada tahap memberikan IPP dan atau tidak memberikan IPP perpanjangan kepada lembaga penyiaran televisi dan radio—yang selama ini dijalankan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika RI. Bahkan pada pasal 8, pada ayat 3 huruf b dan c: tugas dan kewajiban KPI disebutkan: “ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran”; dan “ ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran dan industri terkait”. Secara redaksional, kata “ikut membantu” dan “ikut membangun” artinya sama dengan tidak menjadikan KPI sebagai subjek pokok; hanya sekadar sebagai subjek pembantu saja. Dengan demikian, wajarlah kalau kemudian kedudukan KPI hanya sekadar sebagai “pelengkap” saja bagi Kemenkominfo RI selama ini. Padahal kita mafhum, posisi Menkominfo RI yang sangat politis (karena mengangkat menteri menjadi hak prerogatif presiden). Menjadikan KPI (pusat maupun daerah) sebagai subjek/regulator utama dalam dunia penyiaran (digital) adalah sesuatu yang mutlak.
Pada pasal 9, ayat 3 yang menyatakan bahwa masa jabatan komisioner KPI hanya tiga tahun saja; sebaiknya perlu diperpanjang lagi. Pendeknya usia jabatan, membuat kinerja para komisioner tidak bisa optimal. Idealnya, masa jabatan komisioner KPI adalah lima tahun dan memungkinkan untuk dipilih kembali untuk satu periode kembali. Mengenai struktur keorganisasian KPI (pusat dan daerah) harusnya lebih disistematisasikan; sebab selama ini masing-masing KPID terkesan bekerja sendiri-sendiri; sebagai dampak ikutan dari adanya sistem yang tidak hirarkis. Apakah kemudian jika terjadi perubahan hubungan organisasi KPI/D yang semula koordinatif menjadi hirarkis; akan mengurangi nilai sebagai lembaga independen negara? Tergantung pada otoritas dan implementasi para komisioner sendiri menjadi regulator.
Adapun anggaran operasional yang dimiliki oleh masing-masing KPID juga berbeda-beda; tergantung pada besar kecilnya APBD masing-masing provinsi. KPID yang berdomisili pada Provinsi atau Daerah Ekonomi Maju; anggaran yang diperoleh menjadi “gemuk-besar”; sedangkan KPID yang berada di daerah “IDT”, menjadi “kurus-kecil”. Sebagaimana yang dialami oleh KPID DIY. Sebagai gambaran sederhana saja, anggaran yang dimiliki KPID DIY tahun 2015 ini kurang lebih Rp 900 juta; sedangkan KPID Jateng Rp 10,2 miliar, atau KPID Jatim Rp 8 miliar. Sejatinya minimnya dana taktis KPID DIY dapat dibantu melalui Dana Keistimewaan (Danais) DIY. Merujuk Peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 1/2013 tentang Kewenangan Dalam Urusan Keistimewaan DIY terutama Pasal 42 Ayat 1 dan 4: “perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan hasil cipta, rasa, karya yang berupa seni yang mengakar dalam kehidupan masyarakat DIY (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1 huruf f) dan menjadi ciri khas DIY dilaksanakan melalui: seni kreatif inti (seni rupa, seni suara/musik, se ni tari/gerak, seni sastra/bahasa, seni teater/drama/pertunjukan), seni budaya inti (film, museum, galeri, perpustakaan, fotografi), dan seni budaya umum (heritage, penerbitan, perekaman, televisi dan radio). Sehingga hal ini tidak bertentangan dengan norma yang ada. Jika selama ini Danais DIY banyak yang tidak terserap; hal itu tidak boleh terjadi lagi. Menjadi ideal jika anggaran operasional yang didapatkan oleh KPI/D berasal dari kombinasi antara APBD dan APBN; dengan menganut prinsip keadilan proporsional-distribusional. Di mana jumlah lembaga penyiaran televisi dan radio bersiaran pada wilayah layanan terkait, jumlah penduduk, dan luas wilayah, serta besarnya pendapatan asli daerah bersangkutan menjadi aspek-aspek yang patut diperhatikan untuk menentukan besarnya anggaran yang harus didapatkan oleh KPID agar lebih taktis (strategis). Menurut hemat penulis; akan lebih strategi lagi, jika ke depan; eksistensi KPI/D disinergi-elaborasikan dengan Dewan Pers, Komisi Informasi (daerah/pusat); Lembaga Sensor Film; mengingat tren industri multimedia massa saat ini juga semakin konvergentif (menyatu dalam satu saluran yang terintegrasi).
Ketiga, eksistensi LPP, LPS, LPK, dan LPB (pada pasal 14-29) harus didudukan kembali secara proporsional; baik dalam hal perizinan maupun program siaran. Munculnya inisiatif DPR RI untuk menggolkan RUU RTRI perlu disikapi secara arif dan bijaksana. Pada satu sisi hal tersebut bisa menguatkan kedudukan LPP baik secara pendanaan maupun kualitas program siaran—yang selama ini terseok-seok. Namun pada aspek lain, langkah tersebut dikhawatirkan oleh para pengusaha media swasta; LPP akan menjadi ancaman bisnis baru bagi mereka jika status TVRI, RRI, maupun LPP Lokal dikeluarkan dari empat jenis jasa penyiaran (sebagaimana yang sudah menjadi tradisi sebelumnya).
Menurut pandangan penulis, RUU RTRI itu seharusnya juga mengakomodasikan LPK; sehingga menjadi RUU RTRI dan Radio Televisi Komunitas (RTK); mengingat kedudukan LPK selama ini menjadi “gurem” yang sangat kerdil dalam jagat penyiaran. Padahal kontribusinya sangat vital, sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat arus bawah atau dalam bahasa jurnalistik disebut sebagai pewarta warga (citizen journalism). Negara juga berkewajiban untuk membuatkan regulasi khusus terkait keberadaan LPK; karena perlakuan yang didapatkan oleh LPK selama ini cukup minimalis dan diskriminatif.
Soal perizinan misalnya, hendaknya tidak lagi disentralistiknya di Jakarta; tetapi sejak proses Evaluasi Dengar Pendapat (EDP), Forum Rapat Bersama (FRB), dan Evaluasi Uji Coba Siaran Sementara (EUCS), Izin Perpanjangan IPP dan sebagainya dipusatkan di daerah atau lokasi di mana calon lembaga penyiaran (radio dan televisi) akan bersiaran; sehingga hal ini akan memberikan informasi lebih akurat; karena “para pejabat di pusat” akan turun “turba” ke bawah. Berani tidak, DPR RI mengelaborasikan RUU RTRI dan RUU RTK?
Keempat, mengenai sanksi administratif yang terdapat pada Pasal 55 ayat 2; dalam praktiknya membutuhkan waktu relatif lama. Pemberian kewenangan bagi KPI untuk bisa menindak dan memberikan sanksi yang bersifat cepat misalkan segera dapat menghentikan acara siaran langsung maupun tunda (rekaman) dari lembaga penyiaran televisi maupun radio dinilai melanggar berat norma-norma yang ada dalam pasal-pasal Pedoman Perilaku Penyiaran (PPP) dan Standar Program Siaran (SPS). Akan lebih sempurna lagi; jika KPI/D diberikan otoritas penuh untuk menjalankan sanksi pada poin f (tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran) dan poin f (pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran); yang selama ini masih dikendalikan oleh Menkominfo RI.
Kelima, perevisian PPP dan SPS menjadi hal yang urgen dan darurat mengingat adanya banyak perkembangan zaman dan kemajuan Telematika. Sebagai contoh sederhana, bagaimana P3 dan SPS belum cukup tangguh untuk menjerat bagi berbagai stasiun televisi yang menyiarkan kembali program acara yang pernah ditayangkan; namun hanya berubah nama program acaranya; padahal isi dari program acaranya sama. Bagaimana kalau PPP (atau P3) dan SPS ini “dikawinkan” atau”dilebur” saja menjadi satu kesatuan tunggal; sehingga menjadi P3SPS; bukan disendirikan—sebagaimana selama ini? Dengan demikian, akan lebih komplit dan aktual. Penegakan P3 dan SPS adalah harga mati; agar KPI/D bisa lebih kokoh lagi. Berdasarkan catatan, terhitung sejak 1 Desember 2014-05 Maret 2015; para komisioner KPID DIY 2014-2017 sudah melontarkan sebanyak 23 surat teguran kepada berbagai stasiun televisi yang bersiaran di DIY. Namun yang paling memprihatinkan, fakta menunjukkan dari 15 televisi analog yang bersiaran di DIY; baru ada sebanyak 3 televisi lokal dan berjaringan saja yang melaksanakan perintah SPS Pasal 68 (terkait program lokal). Artinya, 12 televisi berjaringan yang bersiaran di DIY didominasi program acara “Jakartanan”; bahkan siaran/program asing. Amat memprihatinkan…
Empat: Konklusi (Kesimpulan)
Perevisian (pembaharuan) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran—yang dibidani oleh sebagian pelaku sejarah dari mereka yang juga pernah melahirkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers; adalah langkah yang benar dan tepat untuk segera direalisasikan. Tantangan zaman yang semakin berat, era globalisasi yang semakin menghebat, kompetisi bisnis multimedia yang kian sengit; sementara degradasi moral-spiritual semakin menggila menimpa 240 juta penduduk ini; harus segera diantisipasi dengan benteng kokoh bernama “perevisian UU Penyiaran”. Tentu akan lebih elegan lagi; jika spirit perevisian UU Penyiaran ini disinergisasikan dengan perevisian UU Pers (Nomor 40 Tahun 1999), UU Telekomunikasi (Nomor 36 Tahun 1999), UU Informasi dan Transaksi Elektronik (Nomor 11 Tahun 2008), UU Keterbukaan Informasi Publik (Nomor 14 Tahun 2008). Bangsa ini membutuhkan Undang-Undang Konvergensi Multimedia Massa, maupun Telematika. Hanya keberanian (nyali) dari ratusan anggota DPR RI 2014-2019 yang bermental visioner saja dan dukungan penuh dari publik dan pelaku bisnis multimedia massa sendiri yang mampu merealisasikannya; atau publik akan terus-menerus menjadi korbannya. “Dipersuwun!”
Yogyakarta, 05 Maret 2015, pukul 08.03.20 WIB
*) Makalah ini disampaikan dalam acara bertajuk Mendengar Aspirasi Publik (Publik Hearing): “Temu Berbagai Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Penyiaran: Ikhtiar Mencapai Iklim Penyiaran Lebih Baik” bersama narasumber Ahmad Hanafi Rais, M.A.P. (Komisi I DPR RI) yang dihelat KPID DIY di Aula Plaza Informasi Dishubkominfo DIY pada 04-05 Maret 2015
Read more...PENGUMUMAN
Berdasarkan rapat panitia lomba Komik Strip Peksimida 2018 pada tanggal 23 Agustus 2018 , diputuskan bahwa pendaftaran diperpanjang hingga 05 September 2018. Oleh karena itu, bila ada yang ingin menyusul menyerahkan karya masih diterima sampai tanggal 05 September.
Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Salam,
Panitia Komik Strip Peksimida 2018
Read more...AKINDO menghadiri Education Fair atau biasa disingkat Edufair yang diadakan Stella Duce Bantul pada hari Sabtu, 16 Desember 2017 lalu. Pada Edufair ini tim Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) AKINDO mengusung tema “what do you wanna be”.
Menurut Pius Rino Pungkiawan M.Sn selaku tim promosi PMB, tema ini diharapkan dapat jawaban akan kegundahan masa depan para siswa. “Kita menawarkan sebuah jawaban dari para siswa ketika mengakhiri masa studi ketika memilih jurusan yang nantinya akan menjadi profesi mereka di masa depan,” ujarnya.
Acara yang diadakan di aula Stella Duce Bantul ini dimulai dari pukul 08.00 pagi sampai 12.00 siang. Menurut dosen program studi Broadcasting ini, antusias cukup tinggi dengan program studi yang ditawarkan oleh AKINDO. “Antusias dari para siswa cukup tinggi terbukti dengan beberapa siswa yang sudah mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa AKINDO 2018”, ujarnya.
Selain tim PMB, mahasiswa yang juga alumni turut serta membantu mempromosikan AKINDO di dalam acara Edufair ini. Meskipun acara berakhir pada pukul 12.00 , sejumlah siswa masih tetap mengunjungi stand AKINDO. (Humas)
Read more...Dua mahasiswa tingkat akhir AKINDO Dwi Kurniawan dan Faza Akmala akan menyajikan hasil tugas akhir mereka dalam sidang ujian Laporan PKL/Tugas Akhir pada Kamis, 25 Agustus 2016. Dwi Kurniawan mengangkat topik penelitian berjudul: Peran dan Mekanisme Kerja Seorang Floor Director pada Program Acara Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV Jakarta. Adapun para dewan penguji terdiri atas: Endy Saputra, S.Sos. (Pembimbing sekaligus Penguji I), Supadiyanto, M.I.Kom. (Penguji II), Sudaru Murti, M.Si. (Penguji III).
Sedangkan Tugas Akhir Faza Akmala bertajuk: Diskripsi Kerja Produksi Acara Pendopo Kang Tedjo di TVRI Stasiun Yogyakarta dengan para penguji: Supadiyanto, M.I.Kom. (pembimbing merangkap Penguji I), Endy Saputra, S.Sos. (Penguji II), dan Hanif ZR, M.Sn. (Penguji III).
Sebelumnya dengan sangat baik, para mahasiswa tingkat akhir AKINDO berturut-turut telah membeberkan hasil penelitian mereka di depan sidang penguji antara lain:
No. | Nama Mahasiswa | Topik PKL/KK (TA) | Dewan Penguji | Tempat dan Hari/Tanggal |
1 | Monica Caesar Saraswati | Mekanisme dan Peran Kerja Seorang Asisten Produksi dalam Program Dokumenter Rupa Indonesia di TV One |
Penguji I: Supadiyanto, M.I.Kom. Penguji II: Herry Abdul H, M.M. Penguji III: Hanif ZR., M.Sn. |
Ruang Presentasi, Senin, 22 Agustus 2016 pukul 08.00-10.00 WIB |
2 | Adrisal | Peran Produser dalam Produksi Film Dokumenter "Ujung Kota Sutra" |
Penguji I: Herry Abdul H., M.M. Penguji II: Supadiyanto, M.I.Kom. Penguji III: Heri Setyawan, M.Sn. |
Ruang Presentasi: 22 Agustus 2016, pukul 13.00-15.00 WIB |
3 | Karina Rizki Dwi Nastiti | Memahami Proses Liputan dan Mengelola Program Kompas Update dalam Kompas Malam dengan Mengkaji Tugas dan Peran Produser pada Kompas TV Jakarta (PT Gramedia Media Nusantara) |
Penguji I: Endy Saputra, S.Sos. Penguji II: Herry Abdul H. M.M. Penguji III: Supadiyanto, M.I.Kom. |
Ruang Presentasi; Senin, 22 Agustus 2016, pukul 11.00-13.00 WIB |
4 | Alexandre Sulta G.H.W. | Peran Kameramen di Stasiun TV Lokal (ADI TV) |
Penguji I: Heri Setyawan, M.Sn. Penguji II: Heroe Poerwadi, M.A. Penguji III: Supadiyanto, M.I.Kom, |
Ruang B2-1 lT.2; Selasa, 23 Agustus 2016 pukul 08.00-10.00 WIB |
5 | Surya Adi Putra | Peran Editor dalam Program Acara Local Content di Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV) |
Penguji I: Herry Abdul Hakim, M.M. Penguji II: Heri Setyawan, M.Sn. Penguji III: Supadiyanto, M.I.Kom. |
Ruang Presentasi; 23 Agustus 2016, pukul 08.00-10.00 WIB |
6 | Aditya Kresna | Konsep Penataan Cahaya dalam Film Prajurit Hijau |
Penguji I: Drs. Heroe Poerwadi, M.A. Penguji II: Supadiyanto, M.I.Kom. Penguji III: Heri Setyawan, M.Sn. |
Ruang Presentasi; 24 Agustus 2016, pukul 13.00-15.00 WIB |
Read more...
Zushi Beach Film Festival berlangsung di Kanagawa, Jepang, 27 April hingga 6 Mei 2018. Hanif Zuhana Rahmawati, dosen Broadcasting Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Yogyakarta, diundang dalam forum tersebut.
"Saya diundang dan dipercaya untuk mengisi program Indonesian Day di ajang Zushi Beach Film," ujarnya dari Jepang, Sabtu (28/4).
Menurut Hanif, dirinya menampilkan film dokumenter berjudul "The Invisible", yang dibuat sesuai dengan tema festival yakni 'Light and Shadow'. "Film ini menyampaikan pesan tentang bagaimana hakikat kehidupan spiritual masyarakat Bali dengan pendekatan budaya Bali yang kuat, tulus untuk mencapai harmonisasi kehidupan," ucapnya.
Selain menampilkan film, Hanif terlibat dalam cheff colaboration dengan Mia Tritia untuk program workshop memasak di Restoran Cinema Caravan. Pada Indonesia Booth dibangun anjungan dengan beberapa program seperti Angkringan Dangdut, Melukis Wajah, Permainan Tradisional, workshop Sablon dengan Jogja Istimewa, Wayang Kertas dan Layang-layang. "Indonesian Booth merupakan etalase Kota Yogya yang dikemas secara kontemporer." ujarnya.
Pameran kolaborasi didukung dua seniman Jepang yang berkarya di Yogya, Takhasi Kurubayasi, Teruri Ringo Yamawaki.
Sumber: Surat Kabar Harian Jogja, edisi 2 Mei 2018
Read more...Momen Idul Adha 1438 H dimanfaatkan banyak orang untuk saling berbagi dan saling memberi. Hal ini dilakukan juga oleh AKINDO yang menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban seekor sapi pada hari Sabtu (2/9) di lingkungan kampus. Penyembelihan hewan dilakukan sesama pegawai AKINDO dibantu dengan orang yang ahli dalam hal penyembelihan hewan kurban.
Acara penyembelihan hewan kurban dihadiri oleh civitas AKINDO YPK antara lain dosen, karyawan dan beberapa mahasiswa. Acara dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Selain dibagikan untuk civitas AKINDO, daging kurban juga dibagikan kepada warga-warga sekitar sebagai wujud syukur dan pengabdian terhadap masyarakat. (Humas)
Read more...Jadwal Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018
Silahkan klik disini
Read more...Pengumuman Mahasiswa Baru Penerima Beasiswa Bidikmisi
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta Tahun Akademik 2019/2020
Daftar mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi dan agenda kegiatan, silahkan download disini
Read more...Di semester 4 ini mahasiswa jurusan Public Relations Akindo angkatan 2013 mengambil beberapa mata kuliah yang mempelajari pokok-pokok utama profesi seorang Humas. Salah satunya adalah mata kuliah Produksi Media Internal. Media Internal merupakan salah satu media komunikasi yang berbentuk majalah/Koran/tabloid/newsletter. Media internal ini bertujuan untuk memberikan informasi hanya kepada anggota atau staf atau karyawan dalam sebuah instansi.
Bertepatan dengan adanya mata kuliah Produksi Media Internal, mahasiswa PR angkatan 2013, pada tanggal 8 Mei yang lalu mengadakan kunjungan ke bagian Humas Universitas Gadjah Mada dalam rangka mengetahui seperti apa proses produksi media internal disana. Humas UGM dipilih oleh dosen mata kuliah Produksi Media Internal, Drs. Ahmad Muntaha, M.Si, karena Humas UGM merupakan salah satu Humas yang bagus di kalangan perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari kunjungan yang bertempat di Gedung Rektorat UGM lantai 2 tersebut didapatkan informasi mengenai proses produksi Media Internal UGM yang bernama “kabar UGM”, mulai dari proses perencanaan, pengumpulan bahan berita, penyiapan, produksi hingga proses penditribusian majalah. Dalam kunjungan kali ini mahasiswa PR 2013 disambut oleh kepala Bag. Humas UGM, mbk Wiwid, begitu sapaan akrabnya, beserta kepala Media Relations, Astri, kepala produksi media internal, Gusti, serta staf bagian desain dan layout “kabar UGM”.
Kunjungan yang berlangsung selama sekitar satu setengah jam tersebut terasa sangat akrab. Mahasiswa dipersilahkan menyampaikan pertanyaan mengenai proses produksi “kabar UGM”, kemudian bagian Humas UGM menjawab secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan mahasiswa.
Dengan adanya kunjungan ke Humas UGM tersebut diharapkan mahasiswa mendapatkan tambahan wawasan mengenai produksi media internal yang sesungguhnya dalam profesi seorang Humas.
oleh Tri Lestari Mahasiswa PR 2013
Read more...Diaz Frihantana, mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi D3 Penyiaran (Produksi Radio dan Televisi) akan memaparkan Tugas Akhir (TA) hari ini (Selasa, 16 Agustus 2016 pukul 13.00 WIB-Selesai) di Ruang Presentasi AKINDO. Topik penelitian yang diambilnya berjudul: Peran dan Kinerja Kameramen dalam Program PESBUKERS di ANTV. Adapun para dewan penguji TA yang akan hadir yaitu: Supadiyanto, M.I.Kom.(Penguji I sekaligus Dosen Pembimbing), Sudaru Murti, M.Si. (Penguji II), dan Hanif Zuhana Rahmawati, M.Sn. (Penguji III).
Sejak awal sampai akhir Agustus ini, ada puluhan mahasiswa AKINDO yang akan mempresentasikan hasil Tugas Akhir mereka di hadapan dewan penguji sebagai tugas akademik terakhir sebelum mereka mengikuti wisuda yang direncanakan dihelat pada akhir Oktober mendatang. (Espede)
Read more...Dosen AKINDO Beberkan Hasil Penelitian:
Ekonomi Politik Batik dan Identitas Kultural
YOGYAKARTA - Batik sebagai salah satu karya budaya tidak benda milik Indonesia yang sudah diakui UNESCO (representatif list of the intangible cultural heritage of humanity) sejak tahun 2009 silam; eksistensinya kini semakin terjepit oleh perkembangan zaman modern. Para pengrajin batik termasuk pengusaha batik di Tanah Air memiliki tantangan berat dalam mengkreatifi kondisi tersebut. Agar keberadaan batik sebagai basis bisnis, identitas kultural, dan alat diplomasi politik dapat berjalan dengan sinergis.
Persoalan mengenai batik tersebut dikupas tuntas dalam seminar yang dihelat oleh Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma dan Pascasarjana ISI Yogyakarta di Ruang Driyarkara Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma pada Jumat, 22 Mei 2015 kemarin. Hadir sebagai narasumber utama: Karina Rima Melati, M.Hum. (Ketua Jurusan Periklanan Akademi Komunikasi Indonesia/AKINDO Yogyakarta) dan Agus Ismoyo (Seniman Batik).
Karina Rima Melati yang memaparkan hasil tesisnya berjudul: Ekonomi Politik dan Konstruksi Identitas Masyarakat Pekalongan Melalui Batik Motif Buketan”. Menurutnya, batik sudah menjadi wrasta tradisional yang lama berakar di Jawa yang menyimbolkan keluhuran, kompleksitas sikap adati, kreativitas, artistik, dan inovasi.
"Adanya tarik menarik antara pengusaha dan pembatik menunjukkan dinamika identifikasi yang berjalan terus-menerus. Untuk menunjukkan otentisitas batik, serta melanggengkan batik sebagai bentuk kebudayaan Indonesia, paradigma produksi ke depannya diharapkan bisa lebih humanis terutama terhadap pembatik," tutur Karina kepada puluhan peserta Seminar.
Pemberian ruang bagi pembatik, lanjut Karina, untuk mengalami sendiri bentuk-bentuk kreasinya dalam pembentukan motif batik; serta memberikan kelayakan upah agar mereka dapat mengandalkan batik sebagai ladang penghidupannya.
Menurut Agus Ismoyo, keberanian membuat motif batik yang tidak tunduk pada tren terkini yang ada; menjadi alternatif bagi para pengusaha batik agar tetap eksis di masa kini.
"Saya sendiri lebih mengandalkan pada konsep tumbuh saja, sebagaimana kehidupan pohon di hutan rimba. Mereka bisa tumbuh sendiri," tegasnya Ismoyo yang kerap berpameran di berbagai negara ini.
Dalam kesempatan tersebut Supadiyanto, M.I.Kom., dosen AKINDO menanyakan mengenai bagaimana peta kompetisi bisnis batik di kawasan segitiga batik Jawa yaitu Yogyakarta, Surakarta, dan Pekalongan; mengingat minimnya data penelitian mengenai batik. Senyampang dengan itu kolumnis di berbagai surat kabar tersebut juga mengungkapkan betapa batik dapat difungsikan sebagai media sakralisasi, politisiasi, sosialisasi, kapitalisasi, kulturalisasi, diplomasi, dan informasi; sehingga batik tidak terpinggirkan oleh zaman yang semakin hedonis. (ESPEDE)
Read more...PENGUMUMAN
JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER
SEMESTER GANJIL TA. 2018/2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM)
YOGYAKARTA
Silahkan download disini
Read more...BANDUNG- Akindo TV kembali melaksanakan Visit Company dan Gathering, pada 21-24 November 2018. Acara Visit Company dan Gathering merupakan program kerja tahunan Akindo TV. Pada acara Visit Company didalamnya terdapat sesi diskusi yang berisi tentang program management dan program kreatif dengan beberapa stasiun Televisi swasta lokal, guna menambah pengetahuan anggota Akindo TV di bidang penyiaran baik manajemen maupun produksi. Sedangkan Gathering nya yaitu rapat yang diadakan dengan nuansa santai dan kekeluargaan dengan tujuan silaturahim dan mengakrabkan diri dengan salah satu keluarga dari anggota Akindo TV.
Pada acara Visit Company dan Gathering 2018 ini diselenggarakan di Bandung Raya dan Karawang dengan mengunjungi MQ TV, PJ TV dan Utama TV. Di ketiga stasiun Televisi tersebut, Akindo TV disambut hangat dengan pelayanan yang ramah dan terhormat. Dalam Visit Company, sesi diskusi diwarnai dengan pertanyaan yang cukup interaktif dari anggota Akindo TV sehingga membuat diskusi terasa hidup.
Ketua Akindo TV, Evi Nurhayati menyampaikan harapan yang didapat setelah adanya Visit Company. "Setelah kegiatan Visit Company ini kan banyak mendapatkan referensi dan ilmu dari televisi - televisi lokal, harapannya tentu lebih baik dan bisa menjadikan referensi pembelajaran dan mengembangkan ilmu yang didapat," ujarnya.
(Reporter: Rara Nasrudin)
Read more...Ramadan berakhir, Idul Fitri atau Lebaran tiba. Dua momentum yang sangat diagungkan dalam ajaran agama Islam. Namun dampak ekonomi dan sosial dari dua helatan akbar tersebut juga sangat dirasakan tidak saja oleh umat Muslim. Umat non Muslim juga merasakannya. Hampir setiap orang merasa sangat berbahagia manakala menjumpai Hari Lebaran.
Lihatlah sekeliling kita saat ini sekarang. Berbagai mall, toko swalayan, pasar, dan pusat perbelanjaan dijubeli para calon pembeli yang memborong beraneka ragam kebutuhan Lebaran. Jalan-jalan raya juga dipenuhi dengan lalu lalang kendaraan bermotor berpelat luar kota. Mereka adalah pemudik-pemudik yang ingin merayakan Lebaran di kampung kelahiran. Stasiun, terminal, bandara, pelabuhan juga penuh sesak. Lalu lintas komunikasi melalui e-mail, telpon, SMS, dan pos juga mengalami lonjakan luar biasa.
Lebaran di negeri ini memang terbilang sangat unik (khas), berbeda dengan tradisi Lebaran di luar negeri. Khususnya di kawasan pedesaan dan pegunungan, Lebaran menjadi hari paling menggembirakan bagi mereka sebab mereka bisa bersilaturahmi dengan segenap anggota keluarga. Anggota keluarga yang merantau, pada saat Lebaran mengkhususkan diri untuk pulang ke kampung halaman (mudik). Mereka ingin bersua dan bermaaf-maafan dengan segenap anggota keluarga, rekan, teman sepermainan dulu, maupun tetangga. Lebaran ini pada akhirnya melahirkan tradisi sungkeman. Sungkeman adalah prosesi permintaan maaf dari anak-anak kepada orang tua mereka, atau bisa juga anak muda kepada orang yang lebih tua atau dituakan.
Kata Lebaran sendiri berasal dari kata lebar (dalam bahasa Jawa). Pengucapan huruf "e" pada kata “lebar” sebagaimana ucapan "e" pada kata "jelas". Lebar artinya selesai atau usai. Lebaran maksudnya berakhir atau selesainya ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Masa peralihan dari bulan Ramadan menuju Syawal ini ditandai dengan gema takbir yang berkumandang seantero jagat raya. Namun Lebaran juga bisa diturunkan dari bahasa Indonesia yaitu lebar. Artinya luas atau dalam bahasa Jawa jembar. Lebaran maksudnya perluasan jiwa lapang dada dari cengkeraman hawa nafsu menuju semangat ketauhidan.
Secara filosofis dan prinsipiil, dalam Lebaran mengandung tiga pesan kemanusiaan sekaligus. Yaitu laburan, leburan, dan liburan. Pertama, Lebaran mengandung makna laburan. Dalam konteks Lebaran (Jawa) muncul pula filosofi "laburan". Laburan berasal dari kata labur (Jawa) yang artinya putih, atau pemutihan. Lebaran adalah momentum laburan untuk saling maaf memaafkan di antara sesama umat manusia. Relasi antar manusia yang paling sederhana adalah hubungan antara anak dan orang tua; atau antara suami dan istri, atau antara adik dan kakak dan sebagainya.
Intensitas persinggungan (komunikasi) dalam satu keluarga berpotensi besar menimbulkan konflik. Konflik inilah yang kerap memicu lahirnya perbuatan kesalahpahaman, kekeliruan, dan kesalahan yang bisa dilakukan tanpa sadar. Dalam konteks Lebaran, mengapa dalam tradisi Jawa, saat Lebaran kita yang saat ini berposisi sebagai anak (jika masih memiliki orang tua) harus terlebih dahulu meminta maaf (sungkem) kepada anggota keluarga terutama kepada ibu dan ayah kita. Sebab secara badan wadak, dari merekalah kita bisa terlahir di muka bumi ini. Sangat pantaslah segala pengorbanan dan keprihatinan hidup dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka mendapatkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tinggi dari setiap orang.
Anak yang berbakti kepada orang tua mereka adalah kewajiban moral sekaligus kewajiban hakiki yang harus dilaksanakan oleh setiap anak. Ajaran agama Islam mengharuskan kepada setiap anak untuk berbakti kepada orang tua mereka sampai meskipun dua orang tua mereka sudah meninggal dunia. Anak yang berbakti kepada dua orang tua selalu mendoakan bagi kebaikan kehidupan dua orang tua di akhirat kelak. Anak yang berbakti kepada dua orang tua juga selalu merawat dan memperhatikan mereka manakala mereka jatuh sakit, menjadi manusia lanjut usia (manula), dan segala kondisi yang ada. Laburan dalam Lebaran ini memutihkan segala kesalahan dan kekeliruan secara fisik, psikologis, maupun rohaniah. Laburan yang sukses akan menjadikan setiap manusia putih bersih kembali sebagaimana kondisi bayi yang baru lahir. Tradisi Jawa sudah menyediakan wahana bernama sungkeman di atas. Walaupun sejatinya, sungkeman sebaiknya tidak hanya dilakukan setahun sekali ketika Lebaran tiba; melainkan ketika merasa memiliki kesalahan kepada pihak lain.
Kedua, Lebaran juga mengandung pesan makna leburan. Leburan berasal dari kata lebur, artinya leleh atau meleleh. Leburan artinya pelelehan. Apa yang dilelehkan? Yaitu segala kesalahan fisik (perbuatan) maupun masih dalam tataran pikiran (niat maupun keyakinan). Kesalahan yang pernah diperbuat kepada sesama manusia hanya bisa dihapus dengan pemberian maaf dari orang yang pernah dirugikan atau disalahi. Allah tidak akan pernah mengampuni kesalahan yang pernah diperbuat hamba-Nya manakala mereka belum meminta maaf kepada pihak-pihak yang pernah dirugikan tersebut. Adapun bagi orang yang dimintai maaf secara ikhlas oleh siapapun dan memberikan maaf kepadanya adalah semulia-mulianya akhlak seseorang.
Memang cukup berat memberikan permaafan kepada orang-orang yang pernah menyakiti baik fisik maupun hati seseorang. Betapa berat hati seseorang yang pernah menjadi korban pemerkosaan, kemudian "terpaksa" harus memberikan maaf kepada pemerkosanya manakala yang bersangkutan meminta maaf. Sama beratnya kita memberikan maaf kepada para koruptor yang pernah mengambil kas negara. Sesungguhnya Lebaran menjadi momentum tepat bagi pertaubatan nasional bagi mereka yang benar-benar melakukan perbuatan keji yang merugikan publik.
Ketiga, Lebaran mengandung makna liburan. Libur panjang sebelum dan sesudah Lebaran yang panjangnya selama kurang lebih 9-15 hari menjadi momen menggembirakan bagi para pelajar, mahasiswa, maupun kalangan pekerja. Mereka bisa memuaskan liburan Lebaran tahun ini dengan mengunjungi berbagai kota di Indonesia sambil berkunjung ke rumah famili. Liburan panjang kali ini juga menjadi sarana bersantai bagi para ibu rumah tangga yang selama ini berkutat mengurusi kehidupan rumah tangga. Dengan menikmati masa liburan panjang pada Lebaran kali ini, diharapkan semangat kerja dan semangat perjuangan hidup selepas Lebaran bisa tumbuh bergelora tinggi.
Idul Fitri atau Lebaran yang menyimpan sejuta hikmah (laburan, leburan, liburan), hendaklah dapat dimanfaatkan secara optimal dalam menggerakkan energi positif dalam diri setiap manusia menjadi manusia pilihan, manusia bertakwa, dan manusia cerdas. Di samping Lebaran mengandung tiga pesan penting berupa laburan, leburan, dan liburan; juga menyimpan pesan moral berupa "luberan". Luberan berasal dari kata "luber" artinya meluap. Luberan artinya luapan rizki yang mengalir dari setiap Muslim yang pada saat Lebaran membuka pintu selebar-lebarnya (open house) kepada setiap tamu yang akan berkunjung ke rumah tersebut. Si puan/tuan rumah menyajikan beraneka ragam panganan, masakan, dan minuman untuk memuliakan para tamu yang berkunjung. Betapa murah hatinya setiap orang pada masa Lebaran tersebut.
Mereka tidak hanya melimpahkan rizki berupa makanan, tetapi juga meluapkan doa dan harapan kepada siapapun dengan berbagai kebajikan. Semoga Lebaran kita tahun ini menjadi Lebaran yang sangat berkesan di hati. Lebaran menjadi laburan, leburan, luberan, dan liburan kita bersama.
*) Supadiyanto, S.Sos.I., M.I.Kom., Dosen Tetap Akademi Komunikasi Indonesia (AKINDO) Yogyakarta dan Komisioner KPID DIY Periode 2014-2017, email: padiyanto@yahoo.com
Sumber: dikutip dari Harian BERNAS edisi 4 Juli 2016 atau bisa diklik: http://www.wayang.co.id/index.php/preview/id/63411
Read more...Jadwal Ujian Tengah Semester Genap
Tahun Akademik 2017/2018
Akademi Komunikasi Indonesia ( AKINDO ) Yogyakarta
Jadwal Ujian Tengah Semester Genap 2017/2018 silahkan klik disini
Read more...Jadwal Ujian Akhir Semester Genap
Tahun Akademik 2018/2019
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta
Jadwal Ujian Akhir Semester Genap 2018/2019 silahkan klik disini
Read more...Masa depan media cetak di Indonesia bisa terancam saat ini jika para pengelola media cetak tidak cekatan dalam mengelola bisnis koran tersebut. Sebab saat ini sudah banyak perusahaan media cetak lokal dan nasional bahkan Internasional yang kolaps. Dalam wilayah lokal, dulu ada surat kabar bernama Jogja Raya (milik Jawa Pos Group), Malioboro Ekspress, KR Bisnis, Jogjakarta Post, Warta Jateng yang semuanya sudah tutup. Dalam skala nasional tercatat ada Sinar Harapan, Jurnal Nasional dan sebagainya yang sekarang juga sudah terbit lagi. Pengamat industri media cetak dari AKINDO, Supadiyanto dalam waktu dekat ini akan mempresentasikan hasil penelitiannya dalam forum nasional bertajuk: The 3th Indonesia Media Research Award and Summit (IMRAS) 2016. Acara tersebut akan digelar oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat pada 30-31 Agustus 2016 di Hotel ASTON Semarang.
Dari penelitian yang berjudul: Penyajian Konten dengan Mengarusutamakan Karya milik Penulis Lepas di Harian Bernas yang dikerjakan sejak Maret-Agustus 2016 tersebut terungkap fakta bahwa hanya media cetak lokal yang memiliki kreativitas saja yang mampu bertahan hidup. "Keberanian manajemen Harian Bernas menempatkan artikel para penulis lepas di halaman pertama bagian atas menjadi strategi cerdas untuk menggaet penulis maupun pembaca membeli surat kabar tersebut," terang kolumnis di berbagai surat kabar tersebut.
Dalam forum nasional tersebut, selain Supadiyanto, juga para peneliti di media cetak, media online, dan media sosial se-Indonesia dari berbagai kampus di Indonesia seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, Universitas Gunadarma, Universitas Islam Indonesia, Universitas Paramadina, Universitas Tarumanegara, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Dian Nuswantoro, UIN Sunan Kalijaga, dan masih banyak lagi akan mempresentasikan hasil penelitian termutakhirnya. (Espede)
Read more...
Jadwal Ujian Akhir Semester Ganjil
Tahun Akademik 2019/2020
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Yogyakarta
Jadwal Ujian Akhir Semester Ganjil 2019/2020 silahkan klik disini
Read more...Akademi Komunikasi Indonesia (Akindo) menyelenggarakan workshop kewirausahaan dengan tema A Perfect Getaway yang diselenggarakan di Kampus Akindo, Sleman, Selasa (17/10/2017). Acara ini bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan berwirausaha bagi mahasiswa Akindo yang akan diwisuda akhir Oktober ini.
Ketua Pusat Pendidikan Kewirausahaan dan Bimbingan Karir Akindo Djati Prasetyani Hadi mengatakan, kegiatan ini rutin diselenggarakan setiap tahunnya sebagai bekal untuk calon wisudawan yang akan memasuki dunia kerja. Pasalnya persaingan di luar dunia pendidikan sangat ketat.
“Acara bimbingan karir seperti ini memang rutin diselenggarakan dengan tema yang berbeda-beda tentunya. Industri di luar sana sangat kompetitif, apalagi mengingat banyaknya perguruan tinggi yang membuka fakultas ataupun jurusan Komunikasi yang setiap tahun juga meluluskan mahasiswanya,” ungkap dia di Kampus Akindo, Sleman, Selasa (17/10/2017).
Selain itu, kegiatan ini dapat membuka pikiran mahasiswanya untuk menekuni passion yang mereka miliki. “Seiring berjalannya waktu apa yang kita kerjakan berdasarkan passion yang kita tekuni dapat menjadi peluang dalam berwirausaha. Keahlian komunikasi seperti yang didapatkan di kampus dapat bermanfaat untuk mengembangkan usaha yang mereka tekuni,” ujar dia.
Workshop kali ini diisi produser sekaligus sutradara Labide Films Ganesya yang sukses merintis sebuah production house (PH) hingga saat ini. Ganesya menyampaikan seluk beluk ketika dirinya merintis sebuah PH bersama rekan-rekannya, di mana ada tiga kunci untuk sukses dan terus eksis di tengah persaingan yang sangat ketat yaitu passion, tim yang loyal, dan keyakinan. “Namun, semuanya memang butuh proses untuk terus maju,” ucap dia.
Para calon wisudawan yang hadir dalam acara tersebut juga terlihat begitu antusias mengikuti workshop yang diselenggarakan. Mahasiswa Akindo Jurusan Advertising Rahma mengapresiasi acara ini karena tepat untuk calon wisudawan yang akan memasuki dunia kerja nantinya.
(Sumber: http://www.harianjogja.com/baca/2017/10/17/calon-wisudawan-akindo-dibekali-kemampuan-berwirausaha-860697)
Read more...Kami segenap pengurus Yayasan Pendidikan Komunikasi dan manajemen AKINDO mengucapkan selamat dan sukses atas pelantikan Bapak Drs. H. Haryadi Suyuti dan Drs Heroe Poerwadi, M.A. sebagai Walikota dan Wakil Walikota Yogya 2017-2022 serta Bapak dr H. Hasto Wardoyo, SoOG(K) dan Drs. H. Sotedjo sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kulonprogo 2017-2022 pada Senin, 22 Mei 2017 di Bangsal Kepatihan Yogyakarta. Semoga amanah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga mampu membawa kemajuan bagi pembangunan di Kota Yogyakarta. Kami juga mengucapkan selamat dan sukses atas pelantikan. (*) Read more...